Rabu, 26 Desember 2012

Danau Matano : Pantai A, B, dan C



Ternyata..oh ternyata kawasan wisata Danau Matano yang berada di sekitaran kawasan sini dibagi 3 (tiga), yaitu Pantai A (Ide), Pantai B, dan Pantai C (Salonsa).Eh, bener gak ya begitu?
Yang pertama kami kunjungi adalah Pantai Ide. Yang ada plangnya tulisannya kawasan wisata Danau Matano. Kalau dari gerbang masuk PT INCO, lurusssss saja sampe ketemu pertigaan Jl. Jawa. Masuk ke Jl. Jawa, melewati sekolahan dan GOR lurussss dikit, nyampe deh Kawasan Wisata Danau Matano, yang disini lazim disebut Pantai Ide.
Dengar punya dengar katanya Pantai C yang di Salonsa lebih bersih. Jadi penasaran niiih. Naaah, suatu hari kami ber’niat’ jogging pagi (sebenernya sh bukan pagi, tapi kesiangan jadi judule bukan ‘niat’ tapi ‘terlambat’). Menyusuri jogging track yang panjaaaang dan melelahkan. Haalaaaah :p
Buah Permot

Di sini jangan heran dengan area jogging track yang panjang dan jauh, yang juga difungsikan buat pejalan kaki dan yang bersepeda onthel. Sambil jalan-jalan kita bisa lihat penampakan eh  pemandangan pepohonan tepat di sebelah jogging track.

Kalo kami sih sambil nyari-nyari buah-buahan liar. Permot (fermot) contohnya. Buahnya kecil, lebih kecil dari kelereng,  kalo matang warnanya kuning, mirip-mirip markisa. Atau kersen/kersem, yang kalo matang warnanya kemerahan. Hehhehe asik juga.Sekalian nostalgia masa kecil.. :D

Sambil melihat-lihat deretan rumah-rumah panggung yang modern, nggak terasa jauhnya track yang kami lewati.. Hingga terasa kaki pegal-pegal. Kami sampai di lapangan basket. Lhoo?! Istirahat boo, kan ada lapangan rumput di sebelahnya, ada ayunan, jungkit-jungkitan dan panjat-panjatan. Kalo bawa anak-anak, baiknya singgah..hihihi pasti mereka suka.

Dari perumahan yang ada di dataran yang agak tinggi, danau terlihat jelas. Masih sama dengan kawasan danau sebelumnya, kesannya bersih, sejuk, dan teratur. Kalo yang di Pantai C (Salonsa) ini dasar danau yang di pinggir-pinggirnya nggak berlumpur. Mirip pantai di laut. Berpasir dan berbatu-batu kecil. 
Banyak pohon untuk berteduh. Meski secara umumnya kawasan ini emang udah sejuk, nggak panas seperti kawasan pantai. Hmmm…saya bayangkan seandainya saya punya rumah pas di seberang jalan menghadap  pinggiran danau… Hehehehe, ngimpi dulu boleh kaaann??

Beneran deh, nggak bosen-bosennya main di danau yang bersih dan bening. Cuma ya itu, sangat disayangkan ulah sebagian pengunjung yang  masih membuang sampah sembarangan. Padahal jelas ada tempat sampah disediakan. “MARI BUDAYAKAN MALU UNTUK MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN”

Tapi, anyway..pihak pengelola (dalam hal ini PT INCO, sekarang namanya Vale Indonesia) sangat concern dengan kebersihan dan keteraturan kawasan danau. Jadi kawasan danau ini sangat nyaman dikunjungi. Very recommended  laaah!
Saya yang biasanya ngajak pulang duluan, malah keasikan ciblon jadi nggak pulang-pulang. :D
Sambil nyari bukur/ kerang-kerang kecil di dasar danau. Atau ngumpulin batu-batu berwarna-warni.
Yang punya daya jelajah tinggi bisa nyoba tuh berenang menyeberang sampe Nuha. Tapi ingat, jangan coba-coba kalo bukan ahlinya. Hihi.
Yang mau berakit-rakit ke hulu, bisa tuh nyewa kayak, raft, perahu dll.
Pokoknya asyik. Nggak bosen.
Duh, serasa welcome banget deh datang kesini…ngahahahaha. 
Nggak terasa, saking asiknya main sampe capek, pulangnya masih harus jalan kaki, karena nggak ketemu ojek. Huaaaa, baru nyadar kalo kami tadi jalan kaki lebih dari dua kilometer jauhnya. Gabruukk!


Sabtu, 22 Desember 2012

Let's Enjoy Sorowako (2) : Danau Matano


Danau Matano. Yupsss… danau yang nampak biru kehijauan dari atas pesawat Indonesia Air. Danau yang dikelililingi pohon-pohon menghijau. Danau yang luas dan bersih. Salah satu pariwisata andalan Sulawesi Selatan.
Dari rumah yang kami tempati, tinggal jalan kaki saja. Dekat? Hehe kalo jauh mah naik pesawat atuh.. Melewati dua blok rumah, dan satu area sekolah plus GOR (gedung buat olah raga), maka sampailah kami di pinggir danau. Kira-kira 400 meter lah… hehe sayangnya saya gak bawa meteran waktu jalan.
Kesan pertama : bersih dan rapi. Gak semrawut. Yang jualan makanan/minuman berkeliling (asongan) euweuh alias gak ada. Gak ada [maap] pengemis mau pun gelandangan yang biasanya wajar kita jumpai di pusat keramaian. Gak ada pengamen. Pun, gak ada [maap] orang gila. Hehehe saya sering masuk area wisata yang ada [maap] orang gilanya, mending kalo dia pake baju dan nggak mengganggu. Kalo nggak? Hihihi bayangkan saja efek dramatisnya.
Kata suami saya, “Jangan berharap ada tukang parkir di sini.” Hehe.. emang sih. Lha wong masuk aja ndak.bayar kok, boro2 ada tukang parkir. Gratisss…tisss..tisss.
Yang bayar itu kalo kita mau beli jajan. Ada sederetan kios pedagang yang menjual makanan dan minuman ringan.
Daaaannn selalu ingatlah untuk membuang sampah di tempat sampah. Banyak tempat sampah yang disediakan, dan jelas-jelas ada tulisan ‘BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA’, ‘TERIMA KASIH UNTUK TIDAK MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN’. Asli dweeh, sayang sekali jikalau danau yang bersih dan bening terkotori oleh sampah kita. Meskipun pihak pengelola menyediakan jasa kebersihan, mbokya sebagai warga masyarakat yang baik seharusnya ikut menjaga kebersihan lingkungan. Kata Pak Camat tetangga saya kan juga gitu…harus menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Sarana dan prasarana di sini sih bukan masuk kategori waaahh gitu lho, tapiiii…. Yang bikin saya terkesan adalah suwa dan sana eh suasana yang tenang, bersih, dan teratur. Nah, tiga hal ini kan sudah cukup memenuhi syarat rekreasi, refreshing dan relaksasi…(halaaaaah :p) Bayangkan saja jikalau kita datang di tempat wisata, lalu untuk mengobrol saja harus tereak-tereak karena kalah sama genjreng-genjreng lagu yang disetel?! Atau malah ilfil dengan area wisata yang penuh sampah?! Atau tempat wisata yang terlalu riuh sampai susah nyari tempat bersandar?! Atau ketika lagi asik-asiknya menikmati pemandangan, tiba-tiba ada orang gila mendekat dan buru-buru kita menyelamatkan diri?! –sok dramatis-

Danau Matano
Yang hobi berenang pasti betah lama-lama di sini. Airnya bersih. Yang takut dingin mending berenang siang-siang atau sore hari. Agak anget hehehe. Ada ban-ban yang disewakan. Ukuran besar dan kecil, harga sewanya kalo ndak salah 5-10 ribu. paling mahal lima ribu. Oya, disini orang-orang dewasa kalo berenang kebanyakan pake kostum yang relatif lebih sopan.  [dibandingkan dengan wisata-wisata air yang terkenal di kota-kota besar] Kebanyakan pake baju kasual sehari-hari, bukan swimsuit. Mungkin karena budaya lokal, atau emang kesadaran pribadi dan masyarakat pada umumnya. Entahlah, saya kira juga mirip-mirip dengan di Palopo. Atau karena ketidaktahuan saya saja hehehe
Ah, bagi yang gak bisa berenang gak usah galau. Toh masih bisa menikmati pemandangan sekitar. Bisa jalan-jalan di anjungan-anjungan yang menjorok ke danau. Memotret pun jadi kegiatan seru. Atau poto-poto narsis juga oke kok, asal jangan terlalu heboh aja, hihihi bisa mengganggu pemandangan. Saya sarankan sih kalo mau narsis, kreatip dikit laah..jangan sekedar monyong-monyongin mulut, ngeluarin lidah, atau apalah. Toh banyak pohon besar yang mau dipeluk buat poto narsis bersama wkwkwkwkk.
Sejauh mata memandang, yang tampak adalah air. Hehehe ya iyalah, kan DANAU bukan emol [mall]. Di kejauhan nampak deretan pegunungan. Nampak juga daerah di lereng-lereng yang dijadikan pemukiman.
Dasar danau yang berpasir dan berlumpur keliatan jelas. Ikan-ikan kecil yang berenang juga keliatan. Anak-anak kecil riuh berenang bersama orang tuanya. Dalam hati saya berkata, “Hebat ya, kecil-kecil udah pada pinter berenang. Saya saja yang udah kepala tiga masih pake gaya lama alias gaya batu.” Wkwkwkwkkk

Selasa, 18 Desember 2012

Let's Enjoy Sorowako (1)

Menempuh perjalanan dari wilayah Selatan kabupaten Sukabumi menuju Bandara Soetta, memang paling nyaman dilakukan malam hari. Bebas macet terutama di jalur Sukabumi-Ciawi. Hehehe tapi justru yang terjadi malam itu kami malah kena macet di Bojonglopang, gara-gara ada truk container yang puanjaang nyangkut pas di tikungan. Lagian kendaraan segede gaban nan panjang dipaksain jalan di jalur pegunungan, beriring-iringan pula. Sebelumnya kami juga berpapasan dengan beberapa truk panjang model begitu.

Beberapa kali kami sempet berhenti untuk menghindari senggolan.
Entah apa yang diangkut. Kata anak saya sih, “Truknya ngangkut gajah.” Hahaha

Alhamdulillah, meski terlambat sampai di kota (Sukabumi), kami akhirnya bisa mengejar jam tayang, eh waktu tempuh ‘hanya’ 2,5 jam sampai ke bandara. Ciyuuuss? Hehehe beneran, dari jam 12 malem di kota,
jam setengah tiga malem dah siap check in di terminal keberangkatan 2F.
Jalanan  jam segitu mah seeepiii.. Jauh banget dibandingkan siang hari, yang padat merayap.

Alhamdulillah, pesawat jam 5 pagi juga ndak delay. Xixixixi padahal kalo delay juga gak masalah, itung-itung istrahat. Lebih lumayan lagi kalo delayed 3 jam dikasih kompensasi 300 rebu per tiket. Serius? Hehehe nggak tau, peraturannya sih begitu. Entah pada prakteknya.
Lagian yang namanya delay sebenernya gak enak, apalagi kalo bepergian bawa anak-anak kecil yang setiap saat selalu nanya, “Mana pesawatnya? Kok lama?” Atau, “Kok kita gak dipanggil sih? Pesawatnya belum datang?”

Belum lagi kalo mereka ngantuk, lapar, kebelet ke kamar kecil dll. Belum lagi sikap2 ramah para petugas yang sigap memberikan klarifikasi  tapi terlambat menyiapkan konsumsi.  Belum lagi sebagian penumpang ngomel2, mondar mandir kesana kemari.Xixixixi..itulah yang terjadi saat pesawat dinyatakan delayed. Gak enak kan?

Nah, dari Jakarta ke Makassar itu pesawat menempuh waktu 2 jam-an. Beda waktu satu jam, Makassar lebih cepat. Jadi berangkat jam 05.00 WIB, sampainya jam 08.10 WITA.

Di bandara Hasanuddin, suami dah nunggu. Menjemput critanya. Dan kami masih nunggu lagi pesawat ke Sorowako yang dijadwalkan jam 12.50. Alhamdulillah, sehari sebelumnya kami dapat tiket pesawat menuju Sorowako. Kalo naik bis kira-kira 12 jam, biasanya berangkat malam, sampainya pagi. Mirip bis malam jurusan Lasem-Bandung, Lasem-Bogor, Lasem-Jakarta. Kok Lasem semua? Hehe kan saya orang Lasem.

Naik emprit, eh pesawat kecil adalah kali kedua buat saya dan anak-anak. Pertama kalinya waktu dari Bua Palopo-Makassar, pake pesawat  Sabang Merauke Air (SMAC). Kapasitasnya 20an. Hehe kecil ya? Seperti bis kota. Kalo ndak salah sekarang ini jurusan Makassar-Bua dilayani oleh Express Air, sepertinya kapasitas penumpangnya lebih besar dari SMAC. Daaaan kalo ndak salah pula itu pesawat Express Air yang ke Bua, parkirnya berdekatan dengan pesawat Indonesia Air. :D

Indonesia Air  melayani penerbangan Makassar-Sorowako pp, pesawat khusus carteran Vale (dikenal dengan nama PT INCO –International Nickel Indonesia). Jadi bukan pesawat komersiil, karena yang diutamakan adalah urusan perusahaan. Jadi suatu keberuntungan kami bisa dapat tiket, dengan setengah harga umum  @450 rebu.Kapasitas penumpangnya 36. Kayaknya lho yaa..hihi ngitungnya gak valid, cuma berdasarkan asas nengok sekeliling. Sebaris kan dua-dua. Berarti satu nomer ada 4 bangku. Ada 9 baris. Iseng nengok sana sini, waaahhh gak ada artis selebritis yang ikut numpang xixixi. Kan lumayan kali aja mau foto bareng saya.

Pas duduk manis di bangku nomer 5, di depan saya seorang ibu bersama anaknya yang kayaknya umur 2 tahunan. Bule. Sekali dua kali kami saling melempar senyum.. halaaaahh :D tadinya saya mau menyapa basa-basi, tapi ga ngerti gimana cas cis cusnya. Gimana coba kalo saya dah susah payah belepotan casciscus trus dia malah jawab pake bahasa Indonesia. Malah kagok kaaannn?. Hihihihi  

Perjalanan ditempuh satu jam. Jangan kuatir bosan, karena di tempat duduk udah disediakan koran Sindo terbaru. Juga sepotong roti dan satu pouch minuman ringan. Guncangan akibat cuaca yang hujan dan berawan, hampir membuat muntah. Beberapa menit guncangan berlalu. Ketika pesawat hampir sampai, pemandangan dari atas subhanallah bagus banget. Hamparan danau luas berwarna biru kehijauan. Juga atap-atap rumah yang serasi, tertata rapi diantara pepohonan yang menghijau,dan  jalur-jalur  jalanan aspal yang tidak ramai. Nampak jelas sekali rumah-rumah yang terpisah satu sama lain, tapi tanpa sekat pagar.  Kesan tradisioanl yang modern. Hehehe piyeee to? Pokoe apik lah. Pohon-pohon yang rimbun di sana-sini, tambah mengesankan kalo rumah-rumah itu ternyata berada di tengah hutan. Hehe

Waktu hampir posisi landing, sempet gludak gluduk sebentar, dan anak saya yang kecil pun muntah. Bagaimanapun juga alhamdulillah, pesawat mendarat sukses di bandara kecil (entah apa namanya :D), disambut hujan gerimis. Selamat datang di Pontada, Sorowako, Sulsel.

Dulu waktu di Bua-Palopo, kami tidak asing dengan bandara kecil. Secara dekat dengan perumahan yang kami tinggali. Jadi gak heran katika beberapa orang petugas membawakan payung, dengan senyum ramah. Lalu kami jalan beberapa meter saja untuk mencapai terminal airport. Hmm..saya pun masih ingat keramahan orang-orang yang menawarkan payung itu. Barang-barang yang masuk bagasi, langsung “dibagikan” hihihi. Gak makan waktu lama seperti di bandara besar.

Okeeehh, welcome to Sorowako. Jumat, 14 Desember 2012, 13.50 WITA, inilah pertama kali kaki saya menginjakkan kaki di tanah Sorowako.. Hehehe kemana ajeee bu, padahal pernah bertahun-tahun di Palopo. Secara Palopo-Sorowako berjarak 4-5 jam naik mobil/bus.

 Let’s enjoy Sorowako!

Kamis, 29 November 2012

Pelajaran [Gagal] Bikin Kue


Hmmm..setelah sekian lamaaaaa akhirnya kemaren lusa bikin kue. Judulnya sih bolu kukus. Bolu yang dikukus, permukaannya bisa merekah, seperti bolu yang sedang ketawa. (Gak pake guling-guling). You know what? Gagal. Gagal mengembang. Gagal merekah. Tapi untungnya masih enak dimakan.
Suer, penampilannya ancur sodara. Gak layak disebut bolu kukus. Mirip-mirip kue mangkok. Hahaha.. Parah. Padahal saya pernah beberapa kali sukses membuatnya. Tapi entah, karena sok tau dan sok mahir saya membuatnya dengan kreasi resep yang berbeda.

Jumat, 16 November 2012

Nyobain Mengkudu


Mengkudu atau cangkudu. Telat banget gak sih hari gini ngomongin khasiat mengkudu?
Konon, di tipi udah sering ngebahas jus mengkudu untuk kesehatan. Kalo saia sih sering nonton tapi belum sekalipun tergerak tangan untuk nyomot buah mengkudu dari pohonnya lalu memakan atau minum sarinya. Udah kebayang rasanya pasti ga seenak pertolo atau bakwan. Juga baunya itu looohhh… hhmmm mirip-mirip rendaman cucian. #blaikkk.

Minggu, 28 Oktober 2012

Cerpen : Sekat Rindu dan Kunang-kunang



Seorang perempuan muda selalu duduk di pojok bangku taman. Setiap sore, tatkala sinar matahari mulai meredup di antara celah pepohonan. Dia akan duduk bersandar, memainkan jari jemari tangan. Kadang-kadang tatapan matanya seakan mencari-cari di kejauhan. Wajahnya berona kecemasan. Matanya menyimpan rindu yang dalam. Rindu itu seperti aliran air yang hendak dia tumpahkan, tapi terhalang sekat yang tebal. Seiring waktu, air itu semakin membuncah dan deras.

Kamis, 30 Agustus 2012

Cerpen : T I K U S



“Ciiiittt…ciitttt..”
Tikus itu lagi. Tikus berbadan  tidak lebih dari kepalan tangan anak kecil. Warnanya kehitaman. Gerakannya lincah. Badannya yang lentur mampu menerobos sela-sela yang sempit. Giginya tajam, sanggup menggerogoti apa saja.

Selasa, 21 Agustus 2012

Ujung Genteng, Panorama Tepian Laut

Sumpeee, baru sekali saya ke Pantai Ujung Genteng, selatan Kabupaten Sukabumi, yang konon berbatasan dengan wilayah Australia.
Jalanan lumayan bagus dari arah Kecamatan Jampangkulon. Berkelok-kelok dan tidak terlalu lebar. Melewati hutan jati yang nggak terlalu lebat, trus kebon kelapa yang luasnya sakhoha :D dan sapi-sapi yang mencari makan rumput-rumputan.

Cerpen : Perempuan di Pasar


Seorang perempuan muda, mungkin sedikit lebih tua dibandingkan aku. Pandangannya acuh tak acuh. Sesekali suaranya berteriak menawarkan jualan kepada orang yang berlalu lalang.
 “Berapa ini?” tanyaku pada penjual ikan itu. Tanganku menunjuk seonggok ikan balado segar. Sementara mataku melihat ke wajah penjualnya. Wajahnya agak kusam dan tanpa make up sama sekali. Rambut sebahu dikuncir seadanya. Berbaju polos warna biru pudar. Tangannya sibuk mengipas-ngipas lalat. Mata sipitnya seperti tidak bergairah.
“Tiga puluh ribu.” sahutnya singkat.
“Nggak bisa kurang?” tanyaku lagi. Menawar.

Kamis, 09 Agustus 2012

Oh, Tidaaakkk…! Saya Telat Lagi


Sampai sekarang  pun saya masih heran kenapa waktu berseragam putih abu-abu alias jaman SMA dulu saya lebih dikenal sebagai  murid telatan daripada murid teladan. Lhooo, harusnya nggak perlu heran. Lha wong memang saya ini sering terlambat masuk sekolah dari waktu yang dijadwalkan. Kalah duluan dibanding bel sekolah. Bisa lima menit, sepuluh menit, seperempat jam atau tiga perempat jam. Kata ‘sering’ bisa didefinisikan bahwa dalam seminggu rata-rata dua atau tiga kali datang terlambat. Oh mai sarooohhh, eh …dasar tukang telat.

Kamis, 03 Mei 2012

Kebelet Kawin, Mak!


"Tapi cinta gue kali ini masih sama seperti episode sebelum-sebelumnya. My signal is not responding alias GALAU. Nggak ada kepastian, cuma memendam rasa dan menahan sakitnya dari omongan-omongan yang merendahkan gue. Meskipun untuk kesekian kalinya pula, gue selalu bertahan dengan kalimat “gue orang keren”. What ever u say, gue tetep orang keren. Gue akan menunggu keajaiban yang akan membolak-balikkan semua teori dan fakta tentang orang  jatuh cinta. Ya, siapa tahu orang yang gue taksir terkesan dengan kepintaran gue. Atau keterampilan gue dalam menghabiskan porsi makan. Yang penting nggak semata-mata ditolak hanya karena gue gendut."

            Itu adalah sedikit penggalan serpen saya yang berjudul "XXXL Keren" dalam buku antologi cerpen komedi Blogfam-Gradien Mediatama. Insya Allah lucu :)))
Buat yang penasaran silakan membaca bukunya. Yang nggak penasaran diharapkan untuk penasaran. Dapatkan di toko-toko buku terdekat. Ingat ya, toko buku. Bukan toko bangunan.. atau toko perlengkapan olah raga.
Grab it fast and enjoy it..

Minggu, 22 April 2012

Selamat Jalan..

Innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun


Di negeri ini, pemikiran orang-orang yang ahli dan mumpuni masih kalah telak dengan pemikiran dan kepentingan politik para oportunis.

Kamis, 19 April 2012

Bua Palopo vs Bua Luwu

#copy paste tulisan suami saya, diposting tanggal 14 Februari 2009
#hahaha ternyata saya juga pernah mikirin hal ini, tapi yang membedakan adalah saya kalah cepat dalam menuliskannya :P

Undur-undur

Jaman kecil dulu saya akrab sekali dengan 'undur-undur'. Itu lhooo, binatang kecil yang jalannya mundur. Bentuknya mirip kutu, badannya agak-agak bulet montok lucu dan unyu-unyu.. Tinggalnya di pasir/tanah kering. Rumahnya pun bisa dicirikan dengan jelas, terlihat lubang memutar yang tidak terlalu dalam. Cara memancing undur-undur supaya keluar pun gampang.

Selasa, 17 April 2012

Komentar Orang


Ini hanya sedikit catatan mengenai sekeping bagian kehidupan sebagai makhluk sosial, hasil penerawangan dan perenungan serta didukung wangsit..halaaaah. Bukan ding pemirsa, ini hanya renungan saja, terutama buat saya pribadi. Berdasar pengalaman, imajinasi, dan pengamatan. :D
Bayangkan pemirsa! Sebuah sepeda tua dinaiki dua orang, bapak dan anaknya.

Jumat, 13 April 2012

Ribet


Sambil menyeruput kopi, aku masih mendengarkan cerita Mbak Pariyem. Kopi yang hangat untuk cuaca yang panas. Lumayan, sekalian mendidihkan isi kepalaku yang bercampur-aduk.
“Susah sekarang, Mas.“ katanya sambil merapikan gelas bekas. “Kemarin anak saya sakit, berobat ke puskesmas harus pake jamkesmas. Gimana, lha wong saya buru-buru, jadi lupa. Ribet deh pokoknya.”
“Apa?” tanyaku heran. “Berobat bawa jamnya puskesmas?”

Selasa, 10 April 2012

Bola Bekel dan Onde-onde

Beberapa hari ini kedua anak saya lagi seneng main bekelan. Mungkin awalnya ikut-ikutan anak tetangga. Meski cuma pake bola dan empat batu-batu segede upil buto :p. Maksud saya, batunya memang kecil kok, tapi nggak kecil-kecil amat,  yah kira-kira lebih besar dari ee kambing dan lebih kecil dari telur puyuh. ;D
Dan berhubung emak juga ingin sedikit bernostalgia dengan permainan bekelan, maka nekatlah kami mencari bola bekel ke kota.
Percaya nggak pemirsa, keinginan membeli bola bekel rasanya seperti mencari jarum

Senin, 09 April 2012

Orang Baru

Seorang mahasiwa celingak celinguk di dekat tangga. Paijo namanya. Sesekali matanya mendongak. Lalu melihat papan pengumuman yang tertempel di dinding. Seperti mencari-cari sesuatu. Spontan dia mendekati seorang perempuan berkerudung yang hendak menaiki tangga.
"Eh, lo tau nggak ruangan E satu?" tanyanya tanpa basa-basi.
Perempuan itu berhenti sebentar. Terlihat sedikit bingung.
Mahasiswa itu sudah tidak sabar, "Lo tau nggak sih?"
Perempuan itu menggeleng.
"Eh, lo mahasiswa baru juga, ya?" tanyanya sedikit gusar. Yang ditanya tidak menjawab, hanya tersenyum simpul. Sekilas menengok ke kaca yang menutupi lembaran-lembaran pengumuman, lalu melanjutkan langkahnya menaiki tangga kampus.
Paijo mencari-cari orang lain yang bisa ditanyai. Tidak berharap lagi menanyai sesama mahasiswa baru.
Setelah bertanya beberapa kali, akhirnya dia menemukan jawabannya. Menaiki tangga, lalu belok kiri, pas dua ruangan dari tangga itulah ruangan yang dicari.
Kelas sudah ramai, tapi untunglah belum terlambat. Hanya ada tersisa beberapa bangku di depan. Segera dia duduk dan berbasa-basi dengan teman di sebelahnya.
Pintu terbuka. Seseorang masuk. Para mahasiswa berbisik-bisik dengan sedikit gaduh. Dosen baru rupanya. Eh, itu kan perempuan yang tadi ketemu di tangga? Begitu pikir Paijo. Dia lebih melongo lagi tatkala perempuan itu mengambil duduk di kursi dosen. Meletakkan tas dan map, lalu menyapa semua yang ada di kelas.
"Selamat pagi, semuanya."
Paijo berharap, perempuan eh dosen itu tidak mengenalinya. Atau paling tidak sedikit lupa dengan percakapan singkat mereka di tangga bawah.Tapi harapannya sirna, begitu sang dosen  melemparkan sedikit senyum ke arahnya.





Minggu, 01 April 2012

BBM vs BBS



Paling malas rasanya ngomongin tentang perbedaan-perbedaan menyikapi rencana kenaikan harga BBM. Ada yang mati-matian menolak dari awal. Ada yang langsung setuju, tanpa basa-basi. Ada yang tadinya setuju, tiba-tiba berbalik arah menjadi kubu yang menolak.

Media massa nggak kalah ramai. Menyiarkan langsung demo-demo yang rusuh. Menayangkan para pengamat politik dan ekonomi yang keukeuh berpendapat atas dasar ini dan itu. Memberikan ruang tampil para politikus yang berkoar-koar atas dasar teori dan asas ini itu. Dan secara tidak langsung membiarkan masyarakat melongo dengan segala kekisruhan yang dipertontonkan.

Segala teori tentang subsidi dan ekonomi dibahas. Dijadikan argumen untuk mengokohkan masing-masing pendapat mereka. Semua itu katanya demi aspirasi dan kepentingan rakyat. Yakin atau tidak yakin, terserah Anda. Pemerintah berkata sebaiknya harga BBM dinaikkan sebagai jalan terakhir. Sementara kubu-kubu di DPR yang terhormat sebagian berkata sebaliknya. Menggebu-gebu. Kadang-kadang absurd. Bahkan lebih absurd dari gombalan mereka waktu kampanye. Kelihatan bekerja keras dan mati-matian lewat tontonan rapat yang dipaksakan hingga pagi hari.


Rabu, 28 Maret 2012

Seribu Lima Ratus

Seribu lima ratus itu selisih antara enam ribu dan empat ribu lima ratus.
6000 - 4500 = 1500
Yaitu selisih harga BBM baru (rencananya) dan harga lama.

Mahal?
Iya, jelas. Buat orang yang pendapatannya pas-pasan dan harus mengeluarkan uang ekstra untuk ngisi tanki bensin motornya.

Senin, 26 Maret 2012

Cerpen: Kasih Ibu


Matanya perlahan membuka. Lalu berkerjap beberapa kali sebelum memandangi wajah perempuan di sisinya. Wajahnya yang pias tidak menyembunyikan paras cantiknya. Tubuhnya terbujur berselimut warna coklat muda. Selang infus masih tertanam di pergelangan tangan kirinya.
Dengan suara lemah dia berucap, “Aku lapar, Nek.”
Perempuan yang duduk di kursi itu beranjak. Kemudian mengambilkan  nampan berisi makanan. Dibantunya gadis cantik itu duduk.
“Makanlah..” ujarnya sambil memberinya sesuap bubur.
“Dari tadi Nenek menungguku di sini. Mana ibu?” tanya gadis itu sambil mengunyah.
Perempuan yang dipanggil Nenek itu terdiam. Tersirat gundah di wajahnya yang mulai berkeriput. Tangannya terus menyuapi.
“Nenek kan menyuruhku pergi mengambil kain yang tertinggal di pasar? Tapi waktu pulang sekolah sepedaku tertabrak motor. Maaf ya, Nek. Mungkin kainnya sudah hilang sekarang, tidak jadi diambil.” Wajahnya tersenyum lugu.
Perempuan itu tertunduk. Matanya berkaca-kaca.

Nggak Nyangka euy..

Nama saya masuk sebagai salah satu penyumbang naskah buku Antologi Komedi Cinta 3, kerjasama Blogfam dan Penerbit Gradien Mediatama. Bener-bener nggak nyangka, karena baru pertama kali nulis nulis cerpen  ala gokil-gokilan dan dilombakan. Dan alhamdulillah, cerpen saya lolos saringan.
Padahal awalnya nggak pede, sekedar mencoba dan berpartisisapi eh berpartisipipi.. halaah pokoknya gitu deeeh. Saking nggak pedenya saya bahkan meminta salah satu temen saya untuk membaca draft cerpen itu. Lalu saya paksa untuk memberikan saran dan masukan, hehhee. Alhamdulillah, lolos juga. Berasa pengen joged indiaaaa...saking hebohnya.
Mudah-mudahan buku ini bisa segera diterbitkan oleh Gradien Mediatama dan diedarkan di toko-toko buku.

Pemirsa bisa cekidot di link berikut http://blogfam.com/?p=97

Sabtu, 24 Maret 2012

Kembali

bercumbu dengan malam yang lamban
sunyi  terasa kian nyeri
nafas jiwa belum berhenti
debasnya bergemuruh
tapi hampa

malam tersenyum kecut
tertancap di dadaku
kuingat mati
kuingat tanah
tempat aku pulang nanti

malam yang diam
detik yang muram
menghitung tiap episode kelam
di sisi jendela ini
angin menyekap
dalam kesadaranku
sendu

Tuhanku
kutatap langit-Mu yang mencucur rindu
aku ingin kembali
dalam lembar berganti
sebelum menutup
terakhir kali

-mh, 1210

FiksiMini : Maling


Seorang perempuan berbicara dengan polisi. Kebingungan. Orang-orang berkerumun. Riuh.
"Hei, apa yang hilang?” tanyaku.
Tidak ada yang tahu. Kuraba jam bermerek mahal di saku celana. Aku bernapas lega. Tapi tak lama, karena kulihat sandal jepitku yang tersangkut di jendela.

Jumat, 23 Maret 2012

Logat yang Berbeda


Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua
Satu Indonesia, satu bahasa..
Tetapi jangan lupa perhatikan logat dan cara berbahasa.

Hehehe, minggu pertama saya tinggal di Tana Luwu, saya cuma plonga-plongo ketika di pasar. Kenapa coba? Nggak ngerti alias nggak mudeng. Padahal yang saya ajak ngomong juga  pake bahasa Indonesia (konon kabarnya). Tapi logat daerahnya yang begitu kental membuat saya ndomblong  kayak tulup dikethek, eh kethek ditulup.

Trus mengalami lagi kejadian yang lebih dramatis. Waktu saya melahirkan anak pertama di rumah sakit. Wah, yang ini sampai bikin trauma. Hehehe nggak lebay kok, tapi siapa sih yang nggak sakit hati dan desperate ketika ‘dimarahi’ bidan hanya gara-gara salah melakukan instruksinya? Terus terang saya waktu itu nggak ngerti dia bilang apa.  
Kalo bidan bilang “berkuat” artinya adalah mengejan. Itu saya sudah tahu. Tapi siapa yang menduga saat-saat puncak rasa sakit melahirkan, saya blank. Hilang semua bahasa dan logat yang sudah saya adaptasi berbulan-bulan. Sekali lagi mirip kayak tulup dikethek, bahkan lebih parah lagi. Udah ditulup, dimaki-maki. Seingat saya, waktu itu ada dua bidan.yang satu 'marah-marah' dan ngomel. Yang satunya keliatan lebih sabar. Ketika mereka sudah mulai putus asa memberi arahan pada saya, untunglah ada bidan satu lagi yang datang membantu. Orang keturunan Jawa. Lalu saya diberi arahan dengan lemah lembut, sesekali menggunakan bahasa Jawa. Dimotivasi, dibesarkan hatinya. Sangat membantu sekali pemirsa, seperti dahaga ketemu segayung air. Ya Allah, memang benar ya, kadang-kadang kita ditakdirkan bertemu dengan orang yang sepertinya ‘salah’, sebelum bertemu orang yang ‘benar’.Saya tidak menyalahkan logat berbahasa. Hanya menyesalkan salah paham dan omelan yang bikin saya down saat itu. Dan menyisakan trauma meski sudah berlalu. Halaaaaah... :D

Ini sekaligus menjadi pelajaran, siapa saja  yang merantau, melahirkan tanpa didampingi orang tua/mertua harap melatih fisik dan mental jauh lebih matang. Trauma itu juga perih, Jenderal. Hingga akhirnya untuk kelahiran anak kedua saya, dari awal saya nggak berminat sama sekali untuk menginjakkan kaki ke rumah sakit itu lagi. Walaupun dalam teori peluang, bisa jadi kita bertemu dengan bidan-bidan yang lain, yang lebih baik dalam hal melayani pasien. Toh akhirnya, saya lebih memilih rumah sakit swasta khusus ibu dan anak, yang menurut saya secara umum jauh lebih baik pelayanannya..

Saya pun masih ingat ‘pesan’ yang saya ucapkan pada bidan yang membantu persalinan kedua saya.
“Mbak, tolong jangan marahi saya. Kalo saya salah, dikasih tau saja, jangan marahi saya.”
Reaksi bidan cuma ketawa bingung. Memang agak wagu sebenernya, tapi saya ingin menghilangkan trauma, memastikan semua baik-baik saja, sehingga mental saya pun nggak menciut di saat-saat pertaruhan hidup dan mati. :D Alhamdulillah, mbak bidannya nggak sedikit pun marah. Padahal masih muda, tapi jauh lebih sabar. Nah ini juga salah satu bukti bahwa usia tidak relevan dengan kesabaran. Hehehehe, ternyata banyak pelajaran di kehidupan ini ya?

Seiring waktu saya belajar, memahami dan menerapkan logat bahasa. Biar sama-sama mengerti ketika berkomunikasi.
Hmm.. kalo diingat-ingat kira-kira inilah dialog yang terjadi dulu ketika saya mati gaya di pasar.
“Berapa, Bu?” tanya saya sambil pasang tampang sok manis.
“Lima sa'bu ji.”jawabnya. Lima sa'bu=lima ribu.
Siji, loro, telu, papat, limo, enem, pitu, wolu, sanga, sepuluh
Hiji, dua, tilu, opat, lima, genep, tujuh, delapan, salapan, sapuluh
Messa', dua, tallu, ampa', lima,anang, pitu, karua, kasera, sampuloh. 
Pandangannya sedikit cuek. Ah, kalo mau jujur buat saya wong Jowo awalnya agak terganggu, berbicara tanpa basa-basi dan keramahtamahan.
“Nggak kurang?”
“Iye’.”
Nah, ini jawaban “iye” bukan berarti berarti “iya, boleh kok ditawar” tapi lebih tepat ditafsirkan “Memang, nggak boleh ditawar.”
“Empat ribu ya?”
“Lima ribu ji,  na sudah pas mi itu. Tena bisa kuran lagi bah.”
Oya, logat sini agak mengaburkan akhiran "n", "m", dengan "ng". Begitu juga sebaliknya. Jadi jangan heran ada orang ngomong, "Makang ikang bakar di sampin kebung punya bujangang ganten yang suka naik mobil kijan." :D
“Iya, deh.”
“Jadi mi ki ambil?”
Harusnya, pada saat itu saya menjawab “iye’.” Secara lebih sopan dibanding kata “iya”. Meskipun kata “iya” masih jauh lebih sopan dibanding “iyo”.

Itulah, logat bahasa. Mudeng jalaran soko kulino. Terbiasa mendengarkan dan jangan sungkan belajar. Learning by doing too…

Kamis, 22 Maret 2012

Anre to Luwu



Yang artinya, Mak? Itu bahasa Bugis, artinya makanan dari Luwu.
Saya mencoba nulis tentang makanan karena beberapa alasan. Yang pertama saya suka makan. Yang kedua waktu nulis ini saya lagi pengen makan. Dan  yang ketiga adalah memenuhi request teman jadul saya  Mas Anjas putune MbahTjokro (kalo saya putu buyute Mbah Hartodimedjan, ningrat Jogja  yang mukim di Klaten  :D)  Lazim menyebut dirinya Fanikovsky,  konon katanya terinspirasi nama seorang komposer Tchaikovsky (jarene lhooo, mbuh bener mbuh oraaa xixixixi). Dapat dikunjungi di http://fanikovsky.posterous.com

Begini ceritanya pemirsaaa..
Bertahun-tahun saya tinggal di Luwu,  Sulawesi Selatan.  Lidah saya yang notabene Jawa tulen sudah lumayan beradaptasi dengan beberapa jenis makanan khas orang sini.

Rabu, 21 Maret 2012

Kenapa Menulis?


Ini adalah pertanyaan sekaligus jawaban dari saya.  
Kenapa saya menulis? Karena saya suka. Titik.
Seandainya menulis bisa dijadiin pacar, saya bahkan mau menjadikannya kekasih dari dulu, sejak jaman masih unyu-unyu.

Kesukaan saya menulis diawali dari hobi membaca. Duluuuuu, waktu saya masih SD (jadoel amat) bertumpuk-tumpuk buku bisa saya habiskan. Bukan dimakan lhoo pemirsaaa, tapi dibaca. Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam membaca buku. Bahkan saat makan.  Sehingga saking lamanya saya makan, saya perlu perpanjangan waktu setelah diperingatkan ibu saya. Dan itu adalah buku-buku perpustakaan sekolah, bukan komik atau majalah. Kebanyakan buku tentang kumpulan cerita anak, seri pengetahuan, apa dan mengapa, tokoh dan penemu, novel anak, dan lain-lain.

Menulis pertama kali waktu SD, saya lupa tentang apa, pokoknya dilombakan. Alhamdulillah, nggak dapat juara. Lalu waktu SMP ikut-ikutan nulis puisi buat lomba meeting sekolah. Dapet lah juara dua, lumayan dikasih hadiah, meski nggak seberapa.