Hampir saja,
aku menemukan alasan untuk membencimu
sekali lagi.
Seperti halnya aku membenci keping suram
yang kukubur dalam
sedalam kisah kolak dingin yang tertukar.
Andai namamu tak pernah lagi kuingat,
dengan segala resah dalam episode ingatanku yang payah
Mungkin aku bisa.
Apakah aku serupa luka yang ingin kau sembunyikan?
Apakah aku serupa debu yang hendak kautepiskan?
Apakah aku serupa bayangan yang tak kauharapkan?
Tidak.
Aku tidak bertanya pada cucian yang sudah di-spin tapi belum diberi sabun
Aku juga tidak bertanya pada beras dalam mejikom yang belum diceklekkan
Aku hanya bertanya,
pada daun-daun serai yang bergemerisik
juga pada gelagah alang-alang yang berdecit disapu angin.
Ngilu.
aku menemukan alasan untuk membencimu
sekali lagi.
Seperti halnya aku membenci keping suram
yang kukubur dalam
sedalam kisah kolak dingin yang tertukar.
Andai namamu tak pernah lagi kuingat,
dengan segala resah dalam episode ingatanku yang payah
Mungkin aku bisa.
Apakah aku serupa luka yang ingin kau sembunyikan?
Apakah aku serupa debu yang hendak kautepiskan?
Apakah aku serupa bayangan yang tak kauharapkan?
Tidak.
Aku tidak bertanya pada cucian yang sudah di-spin tapi belum diberi sabun
Aku juga tidak bertanya pada beras dalam mejikom yang belum diceklekkan
Aku hanya bertanya,
pada daun-daun serai yang bergemerisik
juga pada gelagah alang-alang yang berdecit disapu angin.
Ngilu.