Danau Matano. Yupsss… danau yang nampak biru kehijauan dari
atas pesawat Indonesia Air. Danau yang dikelililingi pohon-pohon menghijau.
Danau yang luas dan bersih. Salah satu pariwisata andalan Sulawesi Selatan.
Dari rumah yang kami tempati, tinggal jalan kaki saja.
Dekat? Hehe kalo jauh mah naik pesawat atuh.. Melewati dua blok rumah, dan satu
area sekolah plus GOR (gedung buat olah raga), maka sampailah kami di pinggir
danau. Kira-kira 400 meter lah… hehe sayangnya saya gak bawa meteran waktu
jalan.
Kesan pertama : bersih dan rapi. Gak semrawut. Yang jualan
makanan/minuman berkeliling (asongan) euweuh alias gak ada. Gak ada [maap]
pengemis mau pun gelandangan yang biasanya wajar kita jumpai di pusat
keramaian. Gak ada pengamen. Pun, gak ada [maap] orang gila. Hehehe saya sering
masuk area wisata yang ada [maap] orang gilanya, mending kalo dia pake baju dan
nggak mengganggu. Kalo nggak? Hihihi bayangkan saja efek dramatisnya.
Kata suami saya, “Jangan berharap ada tukang parkir di
sini.” Hehe.. emang sih. Lha wong masuk aja ndak.bayar kok, boro2 ada tukang
parkir. Gratisss…tisss..tisss.
Yang bayar itu kalo kita mau beli jajan. Ada sederetan kios
pedagang yang menjual makanan dan minuman ringan.
Daaaannn selalu ingatlah untuk membuang sampah di tempat
sampah. Banyak tempat sampah yang disediakan, dan jelas-jelas ada tulisan ‘BUANGLAH
SAMPAH PADA TEMPATNYA’, ‘TERIMA KASIH UNTUK TIDAK MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN’.
Asli dweeh, sayang sekali jikalau danau yang bersih dan bening terkotori oleh
sampah kita. Meskipun pihak pengelola menyediakan jasa kebersihan, mbokya
sebagai warga masyarakat yang baik seharusnya ikut menjaga kebersihan
lingkungan. Kata Pak Camat tetangga saya kan juga gitu…harus menjaga kebersihan
lingkungan sekitar.
Sarana dan prasarana di sini sih bukan masuk kategori waaahh
gitu lho, tapiiii…. Yang bikin saya terkesan adalah suwa dan sana eh suasana
yang tenang, bersih, dan teratur. Nah, tiga hal ini kan sudah cukup memenuhi syarat
rekreasi, refreshing dan relaksasi…(halaaaaah :p) Bayangkan saja jikalau kita
datang di tempat wisata, lalu untuk mengobrol saja harus tereak-tereak karena
kalah sama genjreng-genjreng lagu yang disetel?! Atau malah ilfil dengan area
wisata yang penuh sampah?! Atau tempat wisata yang terlalu riuh sampai susah
nyari tempat bersandar?! Atau ketika lagi asik-asiknya menikmati pemandangan,
tiba-tiba ada orang gila mendekat dan buru-buru kita menyelamatkan diri?! –sok
dramatis-
![]() |
Danau Matano |
Yang hobi berenang pasti betah lama-lama di sini. Airnya
bersih. Yang takut dingin mending berenang siang-siang atau sore hari. Agak
anget hehehe. Ada ban-ban yang disewakan. Ukuran besar dan kecil, harga sewanya
kalo ndak salah 5-10 ribu. paling mahal lima ribu. Oya, disini orang-orang dewasa kalo berenang kebanyakan
pake kostum yang relatif lebih sopan.
[dibandingkan dengan wisata-wisata air yang terkenal di kota-kota besar]
Kebanyakan pake baju kasual sehari-hari, bukan swimsuit. Mungkin karena budaya
lokal, atau emang kesadaran pribadi dan masyarakat pada umumnya. Entahlah, saya
kira juga mirip-mirip dengan di Palopo. Atau karena ketidaktahuan saya saja
hehehe
Ah, bagi yang gak bisa berenang gak usah galau. Toh masih
bisa menikmati pemandangan sekitar. Bisa jalan-jalan di anjungan-anjungan yang
menjorok ke danau. Memotret pun jadi kegiatan seru. Atau poto-poto narsis juga
oke kok, asal jangan terlalu heboh aja, hihihi bisa mengganggu pemandangan. Saya
sarankan sih kalo mau narsis, kreatip dikit laah..jangan sekedar
monyong-monyongin mulut, ngeluarin lidah, atau apalah. Toh banyak pohon besar
yang mau dipeluk buat poto narsis bersama wkwkwkwkk.
Sejauh mata memandang, yang tampak adalah air. Hehehe ya
iyalah, kan DANAU bukan emol [mall]. Di kejauhan nampak deretan pegunungan. Nampak
juga daerah di lereng-lereng yang dijadikan pemukiman.
Dasar danau yang berpasir dan berlumpur keliatan jelas. Ikan-ikan
kecil yang berenang juga keliatan. Anak-anak kecil riuh berenang bersama orang
tuanya. Dalam hati saya berkata, “Hebat ya, kecil-kecil udah pada pinter
berenang. Saya saja yang udah kepala tiga masih pake gaya lama alias gaya
batu.” Wkwkwkwkkk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar