Selasa, 17 April 2012

Komentar Orang


Ini hanya sedikit catatan mengenai sekeping bagian kehidupan sebagai makhluk sosial, hasil penerawangan dan perenungan serta didukung wangsit..halaaaah. Bukan ding pemirsa, ini hanya renungan saja, terutama buat saya pribadi. Berdasar pengalaman, imajinasi, dan pengamatan. :D
Bayangkan pemirsa! Sebuah sepeda tua dinaiki dua orang, bapak dan anaknya.
Krieeett..krieeettt..hampir semua orang bisa menilai bahwa roda-roda sepeda itu dipaksakan menahan beban, sepanjang perjalanan, di tanjakan, turunan, maupun tikungan. Tiba-tiba lagi asyik-asyiknya ngonthel dengan ngos-ngosan,  ada suara orang berkomentar, “Idiiih, kasian amat sepedanya, Pak. Bisa-bisa patah di jalan.”

Si Bapak mendengar komentar itu. Berhubung saat itu dia belum mampu mengganti kendaraannya dengan yang lebih baik, maka dia putuskan turun dari sepeda dan membiarkan anaknya duduk di boncengan.

Kemudian dia menuntun  sepeda itu. Terdengar lagi teguran, “Aduh, anak nggak sopan, masa bapaknya
nuntun sepeda dia malah enak-enakan ngajegang.”

Waduuuhh, pikir si Bapak. Lalu bergegas, si anak disuruhnya turun supaya tidak di-cap orang sebagai anak tidak sopan. Sekarang gantian si Bapak mengayuh sepeda dan si anak mengikuti di belakang, dengan berjalan kaki. Apa yang terjadi pemirsa? Yup betul, masih ada lagi orang berkomentar, “Tega amaaaaat jadi orang tua, nggak kasian anaknya jalan kaki malah dia enak-enakan naik sepeda.”

Salah lagi! Setengah putus asa, akhirnya si Bapak memutuskan untuk berjalan bersama anaknya sembari menuntun sepeda. Nggak apa-apalah kurang efektif dan efisien, yang penting tidak akan ada lagi suara-suara negatif dan komentar-komentar yang kurang enak didengar. Sayangnya, sia-sia saja sodara-sodara!

Komentar orang semakin nyaring, “Hwarakadaahhh! Bawa sepeda bukannya dikayuh, malah dituntun. Kepriben kowe iki, Pak?!”
Jadi??

Kesimpulannya adalah setiap apapun yang kita lakukan jangan heran dan jangan supres (baca: surprised) jika orang-orang akan selalu mengomentari. Dari orang-orang yang berkepentingan atau yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya.  Pemain bola di lapangan sebagus apa pun mainnya, tetap saja dikomentari. Dan kita tahu semua, lebih banyak komentar yang nadanya begini, “Sayang sekali… “ “Padahal…” “Seharusnya….” dan lain-lain.

Orang berkomentar sebagaimana dia suka atas apa yang dilihat dan dinilai secara sepihak. Bahkan ada juga orang berkomentar hanya sekedar sok tau dan asal njeplak. Ada juga orang berkomentar karena iseng doang. Bahkan ada anggapan yang menyatakan bahwa ‘kari mangap yo gampang’ (terjemahan bebasnya: komentar itu semudah mangap xixixixixi). Komentar tanpa kontribusi kan nggak dilarang, Mak! Hahahaha

Itulah, perlunya saringan pendengaran dan interpretasi kita terhadap komentar-komentar ini itu. Pilih yang baik-baik, pisahkan yang kertas dan plastik,  xixixixixii emangnya sampah buat daur ulang. Atau ambil yang baik, buang yang buruk? Yeee, itu sih aturan main nyolong sandal jepit hihihihi.

Jadi apa dong?  Pokoknya berpikir sebelum bertindak, memperhatikan dengan seksama, mengingat dengan teliti. Dan menimbang sebelum dibayar.. hasyaaahhh.(maap, jadi ngelantur) Karena  banyak komentar yang seharusnya  diabaikan. Dan sebaliknya tidak bisa dipungkiri memang ada komentar yang layak menjadi masukan, tapi dengan mengingat, menimbang dan seterusnya… Jangan ditelan mentah-mentah, bahaya..kuman dan cacing di mana-mana. Lhoo?!!

Mendengarkan lalu menuruti semua komentar orang sama artinya dengan menjerumuskan diri. Senyaring dan semerdu apapun, belum tentu baik untuk dituruti. Sekeras dan sepedas apa pun komentar orang, tidak selayaknya membuat kita jatuh, patah, dan berserak. Halaaaahh :p

Sakit hati dengan komentar orang? Itu duluuu.. Sekarang? Mari berpikir lebih jernih. Yang layak didengarkan, marilah kita berintrospeksi. Lagipula, kita nggak pernah bisa belajar jika hidup penuh dengan pujian dan kata-kata manis. Terkadang pahit menerima kenyataan tapi itulah proses belajar dan hidup. Obat dan jamu itu pahit, kecuali kalo kita bersedia nambahin madu atau salut gula. Hihihihiii

Dan jika ada komentar yang mengandung zat-zat cacian, makian, sindiran kasar, umpatan, tuduhan tidak berdasar, yaaah anggap aja radio rusak yang minta perhatian. Don’t waste our time for that!


Tidak ada komentar: