Rabu, 26 Desember 2012

Danau Matano : Pantai A, B, dan C



Ternyata..oh ternyata kawasan wisata Danau Matano yang berada di sekitaran kawasan sini dibagi 3 (tiga), yaitu Pantai A (Ide), Pantai B, dan Pantai C (Salonsa).Eh, bener gak ya begitu?
Yang pertama kami kunjungi adalah Pantai Ide. Yang ada plangnya tulisannya kawasan wisata Danau Matano. Kalau dari gerbang masuk PT INCO, lurusssss saja sampe ketemu pertigaan Jl. Jawa. Masuk ke Jl. Jawa, melewati sekolahan dan GOR lurussss dikit, nyampe deh Kawasan Wisata Danau Matano, yang disini lazim disebut Pantai Ide.
Dengar punya dengar katanya Pantai C yang di Salonsa lebih bersih. Jadi penasaran niiih. Naaah, suatu hari kami ber’niat’ jogging pagi (sebenernya sh bukan pagi, tapi kesiangan jadi judule bukan ‘niat’ tapi ‘terlambat’). Menyusuri jogging track yang panjaaaang dan melelahkan. Haalaaaah :p
Buah Permot

Di sini jangan heran dengan area jogging track yang panjang dan jauh, yang juga difungsikan buat pejalan kaki dan yang bersepeda onthel. Sambil jalan-jalan kita bisa lihat penampakan eh  pemandangan pepohonan tepat di sebelah jogging track.

Kalo kami sih sambil nyari-nyari buah-buahan liar. Permot (fermot) contohnya. Buahnya kecil, lebih kecil dari kelereng,  kalo matang warnanya kuning, mirip-mirip markisa. Atau kersen/kersem, yang kalo matang warnanya kemerahan. Hehhehe asik juga.Sekalian nostalgia masa kecil.. :D

Sambil melihat-lihat deretan rumah-rumah panggung yang modern, nggak terasa jauhnya track yang kami lewati.. Hingga terasa kaki pegal-pegal. Kami sampai di lapangan basket. Lhoo?! Istirahat boo, kan ada lapangan rumput di sebelahnya, ada ayunan, jungkit-jungkitan dan panjat-panjatan. Kalo bawa anak-anak, baiknya singgah..hihihi pasti mereka suka.

Dari perumahan yang ada di dataran yang agak tinggi, danau terlihat jelas. Masih sama dengan kawasan danau sebelumnya, kesannya bersih, sejuk, dan teratur. Kalo yang di Pantai C (Salonsa) ini dasar danau yang di pinggir-pinggirnya nggak berlumpur. Mirip pantai di laut. Berpasir dan berbatu-batu kecil. 
Banyak pohon untuk berteduh. Meski secara umumnya kawasan ini emang udah sejuk, nggak panas seperti kawasan pantai. Hmmm…saya bayangkan seandainya saya punya rumah pas di seberang jalan menghadap  pinggiran danau… Hehehehe, ngimpi dulu boleh kaaann??

Beneran deh, nggak bosen-bosennya main di danau yang bersih dan bening. Cuma ya itu, sangat disayangkan ulah sebagian pengunjung yang  masih membuang sampah sembarangan. Padahal jelas ada tempat sampah disediakan. “MARI BUDAYAKAN MALU UNTUK MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN”

Tapi, anyway..pihak pengelola (dalam hal ini PT INCO, sekarang namanya Vale Indonesia) sangat concern dengan kebersihan dan keteraturan kawasan danau. Jadi kawasan danau ini sangat nyaman dikunjungi. Very recommended  laaah!
Saya yang biasanya ngajak pulang duluan, malah keasikan ciblon jadi nggak pulang-pulang. :D
Sambil nyari bukur/ kerang-kerang kecil di dasar danau. Atau ngumpulin batu-batu berwarna-warni.
Yang punya daya jelajah tinggi bisa nyoba tuh berenang menyeberang sampe Nuha. Tapi ingat, jangan coba-coba kalo bukan ahlinya. Hihi.
Yang mau berakit-rakit ke hulu, bisa tuh nyewa kayak, raft, perahu dll.
Pokoknya asyik. Nggak bosen.
Duh, serasa welcome banget deh datang kesini…ngahahahaha. 
Nggak terasa, saking asiknya main sampe capek, pulangnya masih harus jalan kaki, karena nggak ketemu ojek. Huaaaa, baru nyadar kalo kami tadi jalan kaki lebih dari dua kilometer jauhnya. Gabruukk!


Sabtu, 22 Desember 2012

Let's Enjoy Sorowako (2) : Danau Matano


Danau Matano. Yupsss… danau yang nampak biru kehijauan dari atas pesawat Indonesia Air. Danau yang dikelililingi pohon-pohon menghijau. Danau yang luas dan bersih. Salah satu pariwisata andalan Sulawesi Selatan.
Dari rumah yang kami tempati, tinggal jalan kaki saja. Dekat? Hehe kalo jauh mah naik pesawat atuh.. Melewati dua blok rumah, dan satu area sekolah plus GOR (gedung buat olah raga), maka sampailah kami di pinggir danau. Kira-kira 400 meter lah… hehe sayangnya saya gak bawa meteran waktu jalan.
Kesan pertama : bersih dan rapi. Gak semrawut. Yang jualan makanan/minuman berkeliling (asongan) euweuh alias gak ada. Gak ada [maap] pengemis mau pun gelandangan yang biasanya wajar kita jumpai di pusat keramaian. Gak ada pengamen. Pun, gak ada [maap] orang gila. Hehehe saya sering masuk area wisata yang ada [maap] orang gilanya, mending kalo dia pake baju dan nggak mengganggu. Kalo nggak? Hihihi bayangkan saja efek dramatisnya.
Kata suami saya, “Jangan berharap ada tukang parkir di sini.” Hehe.. emang sih. Lha wong masuk aja ndak.bayar kok, boro2 ada tukang parkir. Gratisss…tisss..tisss.
Yang bayar itu kalo kita mau beli jajan. Ada sederetan kios pedagang yang menjual makanan dan minuman ringan.
Daaaannn selalu ingatlah untuk membuang sampah di tempat sampah. Banyak tempat sampah yang disediakan, dan jelas-jelas ada tulisan ‘BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA’, ‘TERIMA KASIH UNTUK TIDAK MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN’. Asli dweeh, sayang sekali jikalau danau yang bersih dan bening terkotori oleh sampah kita. Meskipun pihak pengelola menyediakan jasa kebersihan, mbokya sebagai warga masyarakat yang baik seharusnya ikut menjaga kebersihan lingkungan. Kata Pak Camat tetangga saya kan juga gitu…harus menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Sarana dan prasarana di sini sih bukan masuk kategori waaahh gitu lho, tapiiii…. Yang bikin saya terkesan adalah suwa dan sana eh suasana yang tenang, bersih, dan teratur. Nah, tiga hal ini kan sudah cukup memenuhi syarat rekreasi, refreshing dan relaksasi…(halaaaaah :p) Bayangkan saja jikalau kita datang di tempat wisata, lalu untuk mengobrol saja harus tereak-tereak karena kalah sama genjreng-genjreng lagu yang disetel?! Atau malah ilfil dengan area wisata yang penuh sampah?! Atau tempat wisata yang terlalu riuh sampai susah nyari tempat bersandar?! Atau ketika lagi asik-asiknya menikmati pemandangan, tiba-tiba ada orang gila mendekat dan buru-buru kita menyelamatkan diri?! –sok dramatis-

Danau Matano
Yang hobi berenang pasti betah lama-lama di sini. Airnya bersih. Yang takut dingin mending berenang siang-siang atau sore hari. Agak anget hehehe. Ada ban-ban yang disewakan. Ukuran besar dan kecil, harga sewanya kalo ndak salah 5-10 ribu. paling mahal lima ribu. Oya, disini orang-orang dewasa kalo berenang kebanyakan pake kostum yang relatif lebih sopan.  [dibandingkan dengan wisata-wisata air yang terkenal di kota-kota besar] Kebanyakan pake baju kasual sehari-hari, bukan swimsuit. Mungkin karena budaya lokal, atau emang kesadaran pribadi dan masyarakat pada umumnya. Entahlah, saya kira juga mirip-mirip dengan di Palopo. Atau karena ketidaktahuan saya saja hehehe
Ah, bagi yang gak bisa berenang gak usah galau. Toh masih bisa menikmati pemandangan sekitar. Bisa jalan-jalan di anjungan-anjungan yang menjorok ke danau. Memotret pun jadi kegiatan seru. Atau poto-poto narsis juga oke kok, asal jangan terlalu heboh aja, hihihi bisa mengganggu pemandangan. Saya sarankan sih kalo mau narsis, kreatip dikit laah..jangan sekedar monyong-monyongin mulut, ngeluarin lidah, atau apalah. Toh banyak pohon besar yang mau dipeluk buat poto narsis bersama wkwkwkwkk.
Sejauh mata memandang, yang tampak adalah air. Hehehe ya iyalah, kan DANAU bukan emol [mall]. Di kejauhan nampak deretan pegunungan. Nampak juga daerah di lereng-lereng yang dijadikan pemukiman.
Dasar danau yang berpasir dan berlumpur keliatan jelas. Ikan-ikan kecil yang berenang juga keliatan. Anak-anak kecil riuh berenang bersama orang tuanya. Dalam hati saya berkata, “Hebat ya, kecil-kecil udah pada pinter berenang. Saya saja yang udah kepala tiga masih pake gaya lama alias gaya batu.” Wkwkwkwkkk

Selasa, 18 Desember 2012

Let's Enjoy Sorowako (1)

Menempuh perjalanan dari wilayah Selatan kabupaten Sukabumi menuju Bandara Soetta, memang paling nyaman dilakukan malam hari. Bebas macet terutama di jalur Sukabumi-Ciawi. Hehehe tapi justru yang terjadi malam itu kami malah kena macet di Bojonglopang, gara-gara ada truk container yang puanjaang nyangkut pas di tikungan. Lagian kendaraan segede gaban nan panjang dipaksain jalan di jalur pegunungan, beriring-iringan pula. Sebelumnya kami juga berpapasan dengan beberapa truk panjang model begitu.

Beberapa kali kami sempet berhenti untuk menghindari senggolan.
Entah apa yang diangkut. Kata anak saya sih, “Truknya ngangkut gajah.” Hahaha

Alhamdulillah, meski terlambat sampai di kota (Sukabumi), kami akhirnya bisa mengejar jam tayang, eh waktu tempuh ‘hanya’ 2,5 jam sampai ke bandara. Ciyuuuss? Hehehe beneran, dari jam 12 malem di kota,
jam setengah tiga malem dah siap check in di terminal keberangkatan 2F.
Jalanan  jam segitu mah seeepiii.. Jauh banget dibandingkan siang hari, yang padat merayap.

Alhamdulillah, pesawat jam 5 pagi juga ndak delay. Xixixixi padahal kalo delay juga gak masalah, itung-itung istrahat. Lebih lumayan lagi kalo delayed 3 jam dikasih kompensasi 300 rebu per tiket. Serius? Hehehe nggak tau, peraturannya sih begitu. Entah pada prakteknya.
Lagian yang namanya delay sebenernya gak enak, apalagi kalo bepergian bawa anak-anak kecil yang setiap saat selalu nanya, “Mana pesawatnya? Kok lama?” Atau, “Kok kita gak dipanggil sih? Pesawatnya belum datang?”

Belum lagi kalo mereka ngantuk, lapar, kebelet ke kamar kecil dll. Belum lagi sikap2 ramah para petugas yang sigap memberikan klarifikasi  tapi terlambat menyiapkan konsumsi.  Belum lagi sebagian penumpang ngomel2, mondar mandir kesana kemari.Xixixixi..itulah yang terjadi saat pesawat dinyatakan delayed. Gak enak kan?

Nah, dari Jakarta ke Makassar itu pesawat menempuh waktu 2 jam-an. Beda waktu satu jam, Makassar lebih cepat. Jadi berangkat jam 05.00 WIB, sampainya jam 08.10 WITA.

Di bandara Hasanuddin, suami dah nunggu. Menjemput critanya. Dan kami masih nunggu lagi pesawat ke Sorowako yang dijadwalkan jam 12.50. Alhamdulillah, sehari sebelumnya kami dapat tiket pesawat menuju Sorowako. Kalo naik bis kira-kira 12 jam, biasanya berangkat malam, sampainya pagi. Mirip bis malam jurusan Lasem-Bandung, Lasem-Bogor, Lasem-Jakarta. Kok Lasem semua? Hehe kan saya orang Lasem.

Naik emprit, eh pesawat kecil adalah kali kedua buat saya dan anak-anak. Pertama kalinya waktu dari Bua Palopo-Makassar, pake pesawat  Sabang Merauke Air (SMAC). Kapasitasnya 20an. Hehe kecil ya? Seperti bis kota. Kalo ndak salah sekarang ini jurusan Makassar-Bua dilayani oleh Express Air, sepertinya kapasitas penumpangnya lebih besar dari SMAC. Daaaan kalo ndak salah pula itu pesawat Express Air yang ke Bua, parkirnya berdekatan dengan pesawat Indonesia Air. :D

Indonesia Air  melayani penerbangan Makassar-Sorowako pp, pesawat khusus carteran Vale (dikenal dengan nama PT INCO –International Nickel Indonesia). Jadi bukan pesawat komersiil, karena yang diutamakan adalah urusan perusahaan. Jadi suatu keberuntungan kami bisa dapat tiket, dengan setengah harga umum  @450 rebu.Kapasitas penumpangnya 36. Kayaknya lho yaa..hihi ngitungnya gak valid, cuma berdasarkan asas nengok sekeliling. Sebaris kan dua-dua. Berarti satu nomer ada 4 bangku. Ada 9 baris. Iseng nengok sana sini, waaahhh gak ada artis selebritis yang ikut numpang xixixi. Kan lumayan kali aja mau foto bareng saya.

Pas duduk manis di bangku nomer 5, di depan saya seorang ibu bersama anaknya yang kayaknya umur 2 tahunan. Bule. Sekali dua kali kami saling melempar senyum.. halaaaahh :D tadinya saya mau menyapa basa-basi, tapi ga ngerti gimana cas cis cusnya. Gimana coba kalo saya dah susah payah belepotan casciscus trus dia malah jawab pake bahasa Indonesia. Malah kagok kaaannn?. Hihihihi  

Perjalanan ditempuh satu jam. Jangan kuatir bosan, karena di tempat duduk udah disediakan koran Sindo terbaru. Juga sepotong roti dan satu pouch minuman ringan. Guncangan akibat cuaca yang hujan dan berawan, hampir membuat muntah. Beberapa menit guncangan berlalu. Ketika pesawat hampir sampai, pemandangan dari atas subhanallah bagus banget. Hamparan danau luas berwarna biru kehijauan. Juga atap-atap rumah yang serasi, tertata rapi diantara pepohonan yang menghijau,dan  jalur-jalur  jalanan aspal yang tidak ramai. Nampak jelas sekali rumah-rumah yang terpisah satu sama lain, tapi tanpa sekat pagar.  Kesan tradisioanl yang modern. Hehehe piyeee to? Pokoe apik lah. Pohon-pohon yang rimbun di sana-sini, tambah mengesankan kalo rumah-rumah itu ternyata berada di tengah hutan. Hehe

Waktu hampir posisi landing, sempet gludak gluduk sebentar, dan anak saya yang kecil pun muntah. Bagaimanapun juga alhamdulillah, pesawat mendarat sukses di bandara kecil (entah apa namanya :D), disambut hujan gerimis. Selamat datang di Pontada, Sorowako, Sulsel.

Dulu waktu di Bua-Palopo, kami tidak asing dengan bandara kecil. Secara dekat dengan perumahan yang kami tinggali. Jadi gak heran katika beberapa orang petugas membawakan payung, dengan senyum ramah. Lalu kami jalan beberapa meter saja untuk mencapai terminal airport. Hmm..saya pun masih ingat keramahan orang-orang yang menawarkan payung itu. Barang-barang yang masuk bagasi, langsung “dibagikan” hihihi. Gak makan waktu lama seperti di bandara besar.

Okeeehh, welcome to Sorowako. Jumat, 14 Desember 2012, 13.50 WITA, inilah pertama kali kaki saya menginjakkan kaki di tanah Sorowako.. Hehehe kemana ajeee bu, padahal pernah bertahun-tahun di Palopo. Secara Palopo-Sorowako berjarak 4-5 jam naik mobil/bus.

 Let’s enjoy Sorowako!