Senin, 01 Oktober 2018

Melawan Ndredeg Pasca Gempa

Tahun 2005 saya merantau di Sulawesi, mengikut suami yang sudah duluan terdampar di pulau ini. Saat gempa besar yang melanda Donggala dan Palu kemarin, saya mendapat banyak pesan/komentar masuk, lewat WA atau facebook,  yang menanyakan kabar.

Alhamdulillah, posisi kami di Sorowako, agak jauh dari lokasi gempa sesungguhnya. Kabarnya yang bergerak adalah sesar Palu Koro. Sementara Sorowako dan sekitarnya ada di atas sesar Matano. Keduanya konon termasuk sesar aktif di Sulawesi. Getaran yang sangat kuat memang kami rasakan  waktu magrib tanggal 28 September lalu. Sangat kuat, dan saya sampai ndredeg (gemetar)  juga pusing. Dalam satu jam berulang-ulang dengan intensitas semakin melemah.  

Sambil menunggu dan waspada, juga menenangkan ke-ndredeg-an, saya sempat mengapdet status dan mengabarkan di WA atau facebook.   Saya menghubungi orangtua, menjawab pertanyaan dari saudara, kerabat, teman lama, juga teman baru. Sambil mantengin berita televisi, menunggui anak-anak, juga mengobrol di medsos. 

Saya sadar, ternyata banyak yang perhatian. Ehhmm. 😉  Kirain teman-teman nggak inget gitu sama akyu yang merantau sekian lama di Sulawesi. Teman-teman lama di grup WA maupun di facebook, juga teman-teman di dunia maya yang bahkan kami belum pernah bakudapa' alias bertemu muka ikut bertanya kabar dan mendoakan. Termasuk cah kono, cah kene, juga cah kae.  Mamaciiwww yaahh kakak kakak semuwaaa... 😘 Ailapyu pokokmen. 

Terkhusus untuk teman-teman lamaku di grup SMP, kalian kok ya perhatian gitu. Torang basudara. Kirain akutu cuman jadi pemanis belaka 😂 Ehhhh... 

Ternyata sedari sore bahkan sudah ada yang nanyain kabar gempa (yang waktu itu belum terasa kuat goncangannya sampai Sorowako), ada yang nawarin jamu patpoo tjap jaran buat obat kaget dan ndredeg, ada yang berbagi lagu serpihan masa lalu buat ngilangin ndredeg, ada yang berbagi makanan meski pun hanya dalam bentuk gambar, dan banyak juga yang mendoakan. Meskipun akhirnya malam itu begadang, ndredeg saya ilang. Tapi tetap sih sedih dan ngeri ngliat berita gempa dan tsunami lewat televisi. Mari kita doakan dan support bersama. Untuk Donggala,  untuk Palu, untuk Indonesia. 

Oya, ini adalah gambar pertolo. Kadang disebut juga petulo, pertulo,  petolo, putu mayang dan sebagainya. Jajan pasar ini adalah klangenan saya. Selalu saya cari saat mudik. Dari dulu, sering saya apdet ceritanya lewat pesbuk. 

Di Lasem,  kutambatkan cintaku pada pertolo karena cintaku kutemukan di tempat lain. 😂Eaaaa.. raup sik, Mbaaakkk!  

Gambar pertolo ini saya pungutin di grup WA kawan SMP.  Dengan penuh perasaan dan nostalgia. Mirip saat saya memunguti serpihan dan kenangan masa lalu saat mendengarkan lagu-lagu lawas tahun 90-an. Halaahhh, mbel...Mbakkkk!😪

Hei, kamu yang ikutan baper.. raup dulu sana! 😂

*foto bersumber dari grup WA yang judulnya Ritula 95 😊😊