Jumat, 14 Agustus 2015

Ketika Orang Kampung ke Kota


Bukan cerita tentang Kabayan atau Nyi Iteung.
Tapiii ini sedikit pengalaman saya.
Seumur-umur pertama kali ngrasain naik busway, alias bis transjakarta ya kemarin itu waktu perjalanan mudik. Haah? Beneran mak? Iyee beneran, masalah buat lo? :p :p

Not bad laahh...
Naik dari halte Ragunan menuju Monas. Yaah, meskipun bisnya terasa ebrek-ebrek, dan terdengar bunyi kriuk-kriuk eehh..kriet-kriet, tapi not bad laah. Setidaknya kami dapat tempat duduk dan terhindar dari kemacetan lalu lintas Jakarta.

Terus terang saya salut bener dah sama penduduk Jakarta dan siapa pun yang rela setiap hari menerobos kemacetan dan menikmati hiruk pikuk Jakarta. Kalo saya? Ihhikkk...ngeliatin dan hanya sesekali merasakan deru macetnya sudah membuat saya migrain, mules, dan sembelit berkepanjangan. :D

Muter-muter Jakarta dan sekitarnya, lebih enak dilakukan tengah malam atau dini hari waktu setempat. Bisa dipastikan suasana lalu lintas yang jauh..jauuhhh..berbeda. Kami pernah salah keluar tol, untungnya pas dini hari jam setengah empat pagi. Bukan hal sulit ketika kami harus muter jalan lagi lalu masuk tol lagi untuk keluar di jalan yang benar. Mungkin hanya perlu waktu seperempat jam. Bayangkan kalo itu terjadi di jam-jam macet. Huaah mendingan eike turun dan tiduran di musholla SPBU.

Kemaren hari setelah ritual mudik hampir selesai, kami bertekad menaklukkan sebuah alamat di daerah Depok. Berbekal info dari lewatmanadotcom, SMS, nanya sana sini, dan panduan rute dari GPS, berangkatlah kami dari Sukabumi kota jam 11 malem.

Hampir tidak menemui kemacetan di jalan. Saking lengangnya, dan mungkin karena sedikit lengah akibat banyaknya belokan,  kami nyasar dua kali gara-gara salah  ngambil belokan.
Ketika berkali-kali suara mbak GPS mengingatkan, "Rekalkulasi rute." kami mantap untuk berbalik arah dan mengulangi di titik yang sesuai panduan. Hihihihi beginilah...orang awam.

Jam dua malem kami hampir sampai tujuan tapi masih sedikit bingung. Ah..ikutin GPS aja lah. Disuruh belok kanan ya belok kanan. Disuruh belok kiri ya belok kiri.
Akhirnya bendera sudah berkibar dan mbak GPS bilang gini, "Anda sudah sampai di tujuan."
Bingung. Sebelah kiri tembok pagar tinggi, sebelah kanan kebon pisang. Ihiikkk mana sepi dan nggak ada orang sama sekali kecuali kami berempat. Untungnya anak-anak masih tertidur pules.

Okeee, gimana kalo kita mundur aja?
Mundur beberapa meter pas sebelah kiri ada perumahan atau kerennya residence atau apalah. Setelah terbaca judulnya, kami yakin bukan itu perumahan yang kami tuju.
Walhasil, the next help is calling my brother.

"Iki aku wis tekan perumahan anu, isih adoh pora? Kudu maju opo mundur?"

Laaah ternyata kudu maju 200an meter lagi.
Dan bener juga. Adik saya udah menunggu di gerbang satpam. Bukan dia mau ngeronda atau nggantiin pak satpam, tapi dia mau bangunin pak satpam untuk bukain pintu gerbang perumahan.

Oh, well done beib. Meskipun eike cuman duduk manis jadi supporter di sebelah kiri, menahan kantuk dan pegal kaki...eike berharap suatu saat eike pun bisa mengikut jejak menaklukkan jalanan layaknya sopir profesional.

*juli 2014

Tidak ada komentar: