Jumat, 14 Agustus 2015

Dangdut Pantura


Jalanan Pantura wabilkhusus daerah Lasem dan sekitarnya. Banyak hal yang bisa kita ingat. Aspal yang mengkilap panas. Debu yang terasa sesak di napas. Aroma tai kuda. Deretan pertokoan yang padat dan ramai. Truk-truk besar yang mengarungi jalanan, dan getarannya yang membahana. Warung-warung pinggir jalan. Juga dangdut koplo alias dangdut Pantura. Iyessss, dangdut versi yang begitu. Asoy geboy dipake goyang. Lirik-lirik yang merakyat dan gampang diingat. Kadang-kadang daur ulang lagu-lagu lama. Rada mekso diberi aroma koplo plus suara-suara biduan yang menimpali alunan lagu.
Aseeekkk....asololeee...
Digoyaaang...
Sawerannya baaaangg...
Saya ndak terima recehaaan...

Mungkin dangdut jenis ini memang mewakili jerit kehidupan sebagian warga, terutama kalangan jalanan Pantura. Gimana nggak? Liriknya itu looh.. Ah, ndak tega saya ngomongnya. Pokoknya gitu-gitu deehh.

Gampang banget mau ndengerin dangdut koplo. Di jalanan, di bis, pertokoan, di kampung..banyak tersedia. Diputar gratis untuk telinga kita. Waktu tetangga saya hajatan, dua hari dua malam telinga saya dimanjakan *halah, raimu* dengan lagu-lagu dangdut jenis koplo entah berapa puluh. Mulai dari lirik yang biasa, sampe yang vulgar. Kebanyakan juga campur aduk bahasa Indonesia dan logat Djawa. Tapi lucunya, setelah itu mendadak lagu sholawatan dengan musik yang entah apa. Aku jadi bingung, mau ikut sholawatan atau mau goyang. *eh.
Ealaaahh...

*Agustus, 2015

Tidak ada komentar: