Minggu, 24 April 2016

Berani Karena Kepepet

Sebagian orang bertindak berani karena (merasa) benar, tapi saya biasanya tidak demikian. Saya berani karena kepepet.

Ada ular hijau melingkar-lingkar di dahan pohon kersen. Anak saya berteriak ketakutan. Lalu saya sok-sokan ambil galah dan parang. Maju mundur antara takut dan ngeri. Bah, itu ular pohon biasa. Besarnya masih lebih kecil dari setang sepeda. Nunggu suami masih sejam lagi, keburu ularnya kabur entah kemana.

Meski akhirnya minta tolong ke tetangga, eh lebih tepatnya memaksa anak-anak saya untuk mengetuk pintu tetangga dan minta tolong. Lumayan lah ada yang bantu  menurunkan ular ke tanah. Dan di penghujung ajalnya, saya gebugin kepalanya sambil berkata, "Maap, yaaa..."
Tak lama ular tergeletak meregang nyawa di bawah pohon kersen.

Rasa takut dan ngeri bisa berubah menjadi keberanian (yang dipaksakan) saat kita kepepet. Itu saja. Seketika saya merasa heroik. Meski bukan pahlawan pembela kebenaran maupun kebetulan, saya sudah membela ketakutan anak-anak saya. Hihihi..lebaayy.

No pic is hoax? Duh, saya nggak tega ngesyer kekejian yang saya lakukan demi elektabilitas semata.

Pas suami pulang, dia cuman bilang, "Kok nggak nelpon Rentokil aja tadi?"
*nepokjidat
*sokheroik

Tidak ada komentar: