Minggu, 24 April 2016

Ini Tentang..Nganu

Pagi ini sebelum beres-beres rumah, saya sempatkan 'mengobrol' dengan kawan saya via inbox. Saya bocorkan beberapa akun yang saya follow. Penting banget? Nggak juga, toh obrolan kami juga nggak penting-penting amat tapi cukup bermakna. Hahaha..
Saya jadi ingat, dulu..jaman pilkada Jawa Tengah yang akhirnya Pak Ganjar yang terpilih itu, salah satu temen saya nulis status di pesbuk tentang kegalauannya milih siapa. Saya, yang merasa akrab dengan pemilik status pun kasih komen sekenanya, "Ra sah milih wae." E..lhadalaahh ada orang lain yang nyamber komen saya, dulu sih pernah kenal sama yang bersangkutan. Ujung-ujungnya dia bilang, "Makanya ngaji lagi biar paham."
 Tetiba saya merasa nganu. Jujur saya kasihan dengan komen seperti itu. Kasihan. Saya stalking pesbuknya, karena ybs tidak berteman di pesbuk saya. Setelah membaca beberapa postingan saya pun maklum. Ah, masih untung saya nggak dikatai tapir, paprika, atau agen minyak gosok.

Banyak topik pembicaraan berseliweran di jagat sosial media. Silih berganti, tak henti henti. Kalau kita nggak punya filter atas apa yang kita posting maka akan nampaklah kekonyolan kita. Tapi nggak juga sih, tergantung yang baca juga. Hoax dibaca dengan khusyuk oleh penggemar fakta palsu, dan dipuja puji dengan sepenuh hati. Fakta dan data pun kadang diterima dengan kebencian hati. Suka-suka lah. Hahaha... Postingan apa saja bisa bermakna lain bagi pembaca. Yah, kadang posting apaan juga dikira pamer kan?

Nggak heran lagi lah, di sosial media kayak gini orang-orang bebas mengutarakan pendapat dan bebas berkomentar. Saya juga. Weekkk...
Cuman kadang ya, sebagian orang itu nggak tahu atau lupa bahwasanya tulisan itu harusnya dilawan dengan tulisan. Argumen vs argumen. Data vs hoax...eh ya data juga kaleuuss. Pengalaman vs pengalaman. Ilmu vs ilmu. Jangan sampailah argument vs kritikan personal. Nggak banget.  Misalnya gini, situ nggak suka opini saya tentang kenapa pertolo itu enak. Ya situ harusnya cari tau dulu pertolo itu kayak apa, rasanya gimana, enak apa enggak. Jangan sampai tiba-tiba situ bilang, "Lo belagu banget sih mak, gara-gara pertolo aja."
Atau, "Inilah ciri orang sombong, pertolo aja dibangga-banggain."
Atau, "Akidahmu dipertanyakan mak, percaya pada pertolo."
Wahahaha..
Sampeyan-sampeyan jangan terlalu serius bacanya ah...
Berteman dengan saya nggak ada syarat untuk menyetujui semua pendapat saya kok. Sah sah aja. Yang penting kita hidup rukun damai dalam keberagaman.
Iya nggak? Iya dooong ah.

Tidak ada komentar: