Minggu, 24 April 2016

Berbagi Tips Mengasuh Anak

Ini bab lanjutan dari status sebelumnya. Bukan tentang merantau, tapi hal lain yaitu sedikit tips pengasuhan anak. Terus terang sebenarnya saya nggak pede untuk memberikan nasehat atau tips pengasuhan anak. Topik yang berat melebihi berat badan saya *eh. Lha piye jal, saya ini emak yang masih belajar dan masih jauh dari kesempurnaan dalam mendidik anak. Saya pun masih belajar. Kadang keponthal ponthal. Kadang jatuh bangun. Kadang emosional...eh kalau yang ini sering ding. Hihihi..
Waduh, jadi saat kawan saya nanya tentang pengalaman ngasuh anak lelaki kecil yang seringkali menguras emosi, saya merasa nganu. Pokoe nganu.

Begini saudara penelepon...ehh..
Intinya sih, sebagai orang tua kita harus banyak belajar. Karena saya bukan penganut teori parenting tertentu, makan saya katakan ini hanya sekedar sharing pengalaman.
Anak butuh ruang untuk berkreasi dan menyalurkan energi. Saya membiasakan anak untuk memiliki waktu bermain di luar rumah. Entah berlari, berolah raga, main tanah, main dedaunan, atau sekedar jalan.
Yaa..jangan sampai kecapekan sih, karena memicu tantrum.
Tips-tips sejenis masih buanyaaakk...tergantung kreatifitas, situasi, kondisi masing-masing ortu dan anak.

Yang paling penting, tetaplah setrong, jaga semangat jangan sampai pudar. Saya nggak sepenuhnya setuju dengan anggapan 'mengko gede lak meneng dewe (ntar besar diam sendiri)'. Bagi saya, tetap ada usaha untuk membentuk sikap, karakter, dan kebiasaan baik sedari kecil.

Penting untuk mengubah sudut pandang kita sebagai ortu. Saat orang lain memandang anak balita kita 'nakal' dsb, mungkin kita hanya perlu sedikit menelusuri apa yang tidak bisa dilihat mereka. Mungkin anak itu sebenarnya kurang pede. Atau justru pemalu. Atau minta perhatian. Atau sebab lain.

Jangan ditanya deh, sekian waktu saya pernah bergelut dengan emosi dan pikiran, gegara hal beginian. Iyalah, kita tidak bisa mengendalikan pikiran, perkataan, dan anggapan orang. Tapi it's oke wae, meski minim dukungan kita tetap harus berjuang kan?
Nanggapin komentar dan anggapan yang negatif tidak konstruktif itu justru tidak memihak kepentingan anak, meskipun sepertinya iya. Tidak semua komentar menunjukkan kepedulian. Kasihan lho...udah dimarahi yang lain, masih harus nerima kemarahan dari ortunya. Orang tua itu yang paling mengenal anak, bukan yang lain. Menerima apa adanya diri anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya adalah jurus awal untuk menerapkan jurus selanjutnya.
Gitu, Mak.

Eh, sebenarnya saya nih kurang cocok dijadikan tempat konsultasi beginian. Cocoknya sih konsultasi masakan. Situ yang buat, saya yang komentar.
Trus untuk yang nelpon saya waktu itu, mbok sekali-kali nanyain resep makanan gitu.

Tidak ada komentar: