Asli deh, untuk nyari info parenting, pengasuhan anak,
kesehatan, dll saya pilih-pilih. Nyari grup masak atau nulis saja juga milih
kok hehehe. Meskipun banyak grup dan
fanpage di facebook yang menawarkannya
dengan berbagai ajakan yang menarik.
Kenapa pilah pilih? Ah, saya ini hanya mau nyari informasi
dan sharing pengalaman yang bermanfaat kok. Bukannya mau berantem, berdebat,
dan saling menyudutkan dengan persepsi masing-masing. Seringkali saya juga
nyari ‘aman’ dengan hanya njempol tanpa komentar, jadi silent reader. Dan saya
sungguh berat hati dan berat mata jikalau harus membaca postingan dan komentar-komentar
yang alai bin lebay, nyinyir, sok tau, dll. Pun dari tulisan atau ‘nada’
tulisannya. Lebih nyaman dengan penyampaian bahasa yang baik dan sopan. Tul nggak?
Saya juga nggak gampang percaya dengan informasi yang
bombastis . Apalagi yang ada bumbunya : waspada konspirasi.
Dan tentang teori kesehatan alternatif ini itu, plus testimoninya yang seringkali menyudutkan teori-teori kesehatan konvensional [istilahnya]. Yah, kalo yang nulis seorang pakarnya sih masih mending ya… Cek dan ricek, serta jangan gampang gumunan itu sering jadi prinsip saya nerima informasi di dunia maya. Bukankah sekarang masanya sebagian orang lebih suka membuang sampah di internet? :P
Dan tentang teori kesehatan alternatif ini itu, plus testimoninya yang seringkali menyudutkan teori-teori kesehatan konvensional [istilahnya]. Yah, kalo yang nulis seorang pakarnya sih masih mending ya… Cek dan ricek, serta jangan gampang gumunan itu sering jadi prinsip saya nerima informasi di dunia maya. Bukankah sekarang masanya sebagian orang lebih suka membuang sampah di internet? :P
Meskipun saya ini ibu rumah tangga, stay at home,no career…tapi
sebel juga melihat perdebatan emak-emak yang menyudutkan ibu bekerja. Pun
sebaliknya, mengatakan bahwa ibu rumah tangga itu bla..bla..bla… Duh!
Ada pula yang ceritanya lagi mengedukasi ASI (air susu ibu.
Tapi plisssss.. nggak usahlah diembel-embeli bahwa anak-anak yang nggak dapat
ASI waktu bayinya lantas dibilang anak sapi, dan emaknya dilabelin ‘bad mom’. Padahal kita
masing-masing tidak pernah tahu persis apa yang terjadi pada emak yang lain.
Setiap emak punya cerita. Jangan gampang menghakimi, jangan gampang menilai ini
itu.. Belum tentu sampeyan kalau dapat kondisi yang sama dengan dia masih bisa
idealis dengan kata-kata sampeyan, iya toh?
Juga wacana tentang pentingnya homeschooling, kagak usah
pake menjelek-jelekkan sekolah formal napa sih? Apa iya sebobrok itu sistem pendidikan
nasional kita? Memberi masukan nggak harus dengan menjelek-jelekkan. Bukan apa-apa
sih, saya agak berat hati sebagai ex guru-honorer-sebuah-SD negeri-di-kampung-yang-sebagian-masyarakatnya-masuk-golongan-ekonomi-dan
pendidikan-yang-rendah. Saya pernah baca data-data siswa di kelas, bahwa sebagian
besar orang tua -terutama ibu- hanya
menamatkan pendidikan SD. Pun bapak-bapaknya, sebagian SMP. Hanya sedikit sekali
yang SMA, dan di atasnya.
Marilah optimis dengan pendidikan kita. Marilah
berkontribusi positif. Marilah berkerja sama. Marilah membangun dan menyebarkan
informasi dengan lebih hati-hati.
Ah, tulisan saya ini sekedar curcol. Pendapat saya juga
hanya pendapat awam. Kalau Anda tidak setuju, ya monggo boleh didiskusikan…tetap
dengan catatan : diskusi dengan koridor aman dan nyaman.
Banyak info dan hal bermanfaat di media sosial (internet),
tapi banyak juga yang sebaliknya. Bagi saya, memilah dan memilih adalah cara
untuk membentengi diri saya sendiri. Pilih yang baik, buang yang buruk,
pisahkan daun dan plastik, kaca dan kertas…hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar