Rabu, 19 Februari 2014

Balada Emak Galau Masalah Jajanan Anak (2)



Nah, yang bikin agak mumet sebenernya kebiasaan jajan si bungsu (dulu). Waktu di PAUD dan TK sebelumnya, nggak ada aturan pasti tentang uang saku dan jajanan. Saya setiap hari melihat anak-anak membawa beberapa lembar uang ribuan, beli jajan segala macam. Agak nggak tega ketika anak saya nggak saya pegangin uang, hanya saya siapkan di tasnya beberapa jajanan yang sudah saya pilih dan belikan.

Apalagi ada beberapa emak-emak yang komentar, “Kok nggak jajan?”

“Kok bisa ya, nggak dikasih uang jajan.”

Kadang saya jawab seperlunya, kadang saya jelaskan, dan kadang saya hanya tanggapi dengan senyuman.
Mereka nggak tahu, saya juga mumet ketika anak saya ikut menunggu di sekolah saat saya ngajar, duh repotnya menahan keinginannya untuk jajan ini itu. Mengatasi segala aksi rengekannya.

Mungkin setiap keluarga memiliki cara berbeda-beda dalam mendidik anak. Kalau saya sih karena lahir dan besar di keluarga sederhana dan ibu yang mengajari kami –anak-anaknya- untuk bisa mengelola uang [saku] dengan baik. Jajanan disediakan di rumah. Dan jajanan jaman dulu nggak seheboh jaman sekarang. 
Saya masih ingat, jaman  SD dulu,  uang saku dipegang oleh kakak saya, sebagai komandan dan pilot project adik-adiknya. Hahahaha. Tiap minggu dikasih uang sama ibu, lalu setiap hari dibagikan ke adik-adiknya. Saya lupa nominalnya, tapi saya ingat tiap hari dapat jatah 50 rupiah. 

Waktu SMP, saya diberi jatah uang saku bulanan sendiri. Tiap abis gajian, kami berkumpul untuk pambagian jatah hihihi. Kisaran sekitar 14 ribu (kalo ndak salah ingat). Itu sudah termasuk uang jajan, uang buku/LKS, uang SPP dan iuran-iuran kelas. Akhir bulan berasa bahagia banget kalo ada sisa, berarti saya bisa jajan yang agak mahal atau ditabung di celengan ayam.

Waktu SMA juga demikian.

Saya coba adopsi metode ibu saya ke anak-anak saya. Hihihi..tentu dengan beberapa perubahan. Lagian, uang 50 rupiah masih bisa dipakai kah? :p

Balik lagi ya, mbahas jajan di sekolah TK. Sekarang kegalauan saya terobati, karena di TK baru, yaitu TK YPS Lawewu di Sorowako (boleh nyebut merk ya?) nggak ada yang jualan jajanan. Anak TK pergi sekolah hanya memakai seragam dan kalung tanda pengenal, tanpa tas/buku/pensil apalagi uang saku.

Setiap hari ada makanan ringan yang dikasihkan, sesuai jadwal menu. Setiap bulan jadwal menu diberikan ke orang tua. Di lembaran tertulis tanda tangan Kepala Sekolah TK, Bagian Gizi RS Vale, dan Koordinator Taman Gizi.

Tertulis untuk setiap hari sekolah,awal hingga akhir bulan. Ada pastel, martabak, barongko, sosis goreng, panada isi ikan/danging, bakwan sayur, terang bulan, kolak, nasi kuning muffin, arem-arem, donat, lemper, brownis, pie buah, susu, blackforest dll. Bervariasi tiap harinya.

Hanya dikenakan biaya Rp 60.000 per bulan.

Murah dan sehat bukan?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

hahahaha..itulah enaknya sekolah yang sekalian nyediain kudapan/makan buat siswanya. sekolahe anakku ya gitu budhe. selesai belajar jam 10, ngaji, main, makan..
enaknya adalah anak-anak jadi bisa dilatih untuk menikmati apapun menu yang disiapkan di sekolah. Meskipun kalo di rumah dimasakin yang kayak gitu yo ndak mau makan, secara bisa request.

intan (akhirnya, mampir baca-baca juga kemari :D)

Ketepelkukuk mengatakan...

iya makanya kebijakan dan aturan sekolah itu perlu, yo ra mak? Kalo nggak diatur, anak2 kecil terbiasa bawa uang dan membelanjakannya [semau mereka]...lha trus piye jal? hehehe Oya maturnuwun dah mampir.