Selasa, 18 Februari 2014

Menunggu di Halte



Halte tempat anak-anak menunggu bus sekolah setiap harinya, hanya berjarak 20-an meter saja dari pintu rumah kami (catet, dari pintu rumah. Kalo dari halaman ya paling 7 meteran). Meskipun begitu anak-anak selalu menunggu lebih awal, bahkan ketika jam kedatangan bis masih 20 menitan lagi.

Kalo anak yang SD sih ada beberapa temannya yang sama-sama nunggu di halte, jadi mereka bisa ngobrol atau main biar nggak bosan. Lha kalo anak saya yang TK, seringnya nunggu sendiri, eh berdua sama emaknya.

Nah ini sekelumit cerita saya bersama anak wedok. Hehehehe.

Biasanya bis sekolah lewat jam 09.35 WITA. Dan seperti biasa pula jam 09.15 anak saya dah siap keluar dari rumah menuju halte. Trus ngapain dong? Hmmm kalo saya sih enjoy aja, smbil liat-liat kendaraan yang lewat..barangkali ada model-model terbaru dan saya kesampaian buat beli *eaaaaa.
Atau ngliatin burung-burung yang beterbangan dan suara-suaranya yang eksotik banget deh.
Meskipun seringkali anak wedok selalu bertanya, “Jam berapa ini?”

“Masih lama nggak bisnya?”

Dan itu diulang-ulang.

Jawaban saya pun klise.

“Sepuluh menit lagi.”

“Lima menit lagi.”


Sepuluh dan lima adalah angka yang cukup dipahami anak berumur 4,5 tahun dalam menerjemahkan satuan dan besaran waktu.


Pernah dia nanya dan ngotot pengen jawaban yang detil, “Lima belas menit itu lama nggak?”
Jawaban saya adalah : lima belas menit itu cukup lama untuk sekedar ee (maap).. Lima belas menit cuma sebentar untuk main game, tapi cukup waktu untuk naik motor pelan-pelan sampe ke danau.

Jadinya di halte saya main, nyanyi-nyanyi, becanda sama anak wedok biar dia nggak nanya jam terus.
Tapi ketika dia tetap nanya jam lagi, saya punya jawaban baru.

“Lima lagi. Lima……empat….tiga…dua…..SATU.”

Lhooooo kok bisnya belum datang ya? Coba kita ulangi lagi ngitung.

“Lima….empat…tiga….dua…SATU.”

Berulang-ulang. Lalu ganti bahasa. Mungkin bisnya cepet datang kalo kita menghitung pake bahasa Inggris.

“Five…four…..three…two…ONE!”

Sampe berulang-ulang…tapi tetep belum datang.

Coba ah, pake bahasa Sunda.

“Lima…opat…tilu…dua…HIJI!”

Sama seperti sebelumnya, berulang-ulang tapi tetap belum nongol si kuning-ijo (warna bisnya).

“Limo…papat….telu….loro….SIJI!”

Tuh….si kuning-ijo dah keliatan, Pak Sopir membunyikan klakson khasnya.

“Teeeetttt…tettttttt”

Tidak ada komentar: