Senin, 05 Oktober 2015

Antara Bogor dan Sorowako, Piknik yang Berbeda



Monyet maccaca yang sedang 'piknik' di halaman
Kami tinggal di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Tahun pertama di sini, hari-hari terasa seperti piknik. Tinggal di sekitaran Danau Matano, berasa lebih nyaman ditunjang lingkungan perumahan yang asri dan penuh pepohohan. Suara burung ramai berkicau. Burung-burung elang terbang di atas pepohonan. Juga sekawanan monyet maccaca liar yang sesekali mampir dan berkeliaran di halaman. Mungkin mereka pun sedang piknik. Hehehe, keluar dari dalam hutan lalu mencari buah-buahan di kawasan perumahan. Banyak sekali pohon buah di sini. Nangka, mangga, alpukat, rambutan, jeruk bali, jambu, sirsak dan lain-lain.Jika kami berburu buah itu artinya kami harus siap dan legowo untuk bersaing dengan monyet-monyet macacca ini. Sorowako, kota tambang yang asri dan hijau. 

Selain terkenal karena tambang nikelnya, satu hal yang menarik dari Sorowako adalah Danau Matano. Danau inilah yang mengalirkan kehidupan untuk Sorowako dan sekitarnya. Digunakan sebagai sumber air, pembangkit listrik, juga tempat wisata alias piknik. Danau Matano, konon katanya adalah danau terdalam se-Asia Tenggara. Banyak kawasan pantainya yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Istilah pantai di sini, maksudnya adalah pesisir danau. Ada Pantai Ide, Pantai Kupu-Kupu, dan Pantai..aduh, yang saya lupa namanya, yang dipakai untuk rafting dan berkano ria.

Yang paling umum dikunjungi orang, terutama dari luar Sorowako adalah Pantai Ide. Pertama kali mengunjungi pantai ini, rasanya luar biasa. Danau yang awalnya saya lihat dari dalam pesawat Indonesia Air terlihat kebiruan, ternyata begitu tenang, bersih, serta beraroma romantis. Sayangnya belum ada yang tertarik pakai lokasi ini sebagai tempat syuting layaknya film Laskar Pelangi, atau drama korea. Yang hobi berenang pasti betah lama-lama di sini. Airnya bersih. Yang takut dingin mending berenang siang-siang atau sore hari. Agak anget hehehe. Ada ban-ban yang disewakan. Ukuran besar dan kecil, harga sewanya kalau tidak salah 3-10 ribu. Oya, di sini orang-orang dewasa kalau berenang kebanyakan pakai kostum yang relatif lebih sopan.  [dibandingkan dengan wisata-wisata air yang terkenal di kota-kota besar] Kebanyakan pakai baju kasual sehari-hari, bukan swimsuit. Mungkin karena budaya lokal, atau memang kesadaran pribadi dan masyarakat pada umumnya. Entahlah, ..atau karena ketidaktahuan saya saja heheh.
Pantai Ide Danau Matano

Dasar danau yang berpasir dan berlumpur keliatan jelas. Ikan-ikan kecil yang berenang juga keliatan. Anak-anak kecil riuh berenang bersama orang tuanya. Dalam hati saya berkata, “Hebat ya, kecil-kecil udah pada pinter berenang. Saya saja yang udah kepala tiga masih pake gaya lama alias gaya batu.” Hahahaha.
Bagi yang nggak bisa berenang nggak usah galau. Toh masih bisa menikmati pemandangan sekitar. Bisa jalan-jalan di anjungan-anjungan yang menjorok ke danau. Memotret pun jadi kegiatan seru. Atau berfoto-foto narsis juga oke kok, asal jangan terlalu heboh saja, hihihi bisa mengganggu pemandangan. Saya sarankan sih kalo mau narsis, kreatif dikit laah..jangan sekedar monyong-monyongin mulut, ngeluarin lidah, atau apalah. Toh banyak pohon besar yang mau dipeluk buat foto narsis bersama wkwkwkwkk. Seperti film India.

Sejauh mata memandang, yang tampak adalah air. Hehehe ya iyalah, kan DANAU bukan emol [mall]. Sesekali terlihat katinting yang melintas. Itu lho, perahu khas Danau Matano, untuk mengangkut orang dan kendaraan menyeberang sampai ke Nuha. Di kejauhan nampak deretan pegunungan. Sungguh, eksotik sekali.

Ngomong-ngomong soal mall, di sini nggak ada mall. Mall terdekat di kota Palopo yang berjarak 4-5 jam naik mobil. Atau di Makassar yang hanya berjarak sekitar 1 jam naik pesawat jenis Fokker. Biayanya dong, Kakak… yah, sesekali butuh juga piknik ke kota –yang ada mallnya. Kami kadang-kadang ke kota, biasanya pas momen mudik ke Jawa. Maklum, kami perantau. Setiap ada kesempatan cuti dan berlibur kami gunakan untuk besilaturahim dengan keluarga dan berpiknik di kota. Piknik juga perlu lho, untuk kesegaran jiwa. Meski pun kadang harus merogoh kocek lebih dalam, toh banyak hal yang bisa kita dapatkan. Selain kesenangan, tentunya  dapat me-recharge semangat untuk menjalani rutinitas. Apalagi piknik dengan menempuh perjalanan  jauh, tambah banyak lagi yang bisa kami dapatkan. Kami bisa mengajari anak-anak etika di perjalanan, sabar menunggu boarding, sabar menunggu jemputan, juga berlatih ketahanan fisik dan mental di jalan. Berat ya? Hihihi.. nggak lah, kan habis itu kami bersenang-senang bertemu sanak saudara, bernostalgia, melihat dan menikmati tempat-tempat yang berbeda dengan tempat tinggal kita. Asyik, bukan?

Bulan Mei tahun ini, saya senang sekali saat suami dapat tugas dari kantornya untuk pelatihan di Bogor selama beberapa hari.  Bisa numpang deh… Hihihi numpang hotel maksudnya, untuk biaya lain-lain saya dan anak-anak ya ditanggung sendiri. Sekalian kami mudik ke Sukabumi, kampung mertua saya. Meskipun  sering mudik ke Sukabumi, Bogor hanya kami lewati. Jarang sekali bisa berpiknik di kota hujan ini. Pengalaman bertahun-tahun pernah tinggal di Bogor, membuat saya excited sekali dengan beberapa rencana piknik. Saya sudah bayangkan mall. Sekedar jalan dan cuci mata pun nampak mengasyikkan. Kebun raya dan Istana Bogor yang asri beserta rusa-rusanya. Rusa, bukan monyet liar seperti di Sorowako. Kampus yang hijau, kenangan kami kuliah dulu. Cuci mata di distro-distro tas. Aneka macam kuliner yang menggiurkan dan nggak ada di Sorowako. 

Tapi…saat kami di Bogor, rencana tetaplah rencana, hanya sekian persen yang terlaksana. Banyak faktor penyebabnya. Selain jadwal suami yang padat, ternyata saya pun kerepotan membawa dua anak plus satu bayi untuk berkeliling sendiri di Bogor. Mana jalanan macet.. Belasan tahun lalu, nggak semacet itu lho. Bogor sudah berubah! Bukan karena Negara Api sudah menyerang,  tapi…deru pembangunan dan pertumbuhan penduduk mungkin ikut andil untuk mengubahnya.

Akhirnya, mau bagaimana lagi, kami tetap menikmati kota Bogor. Dengan nge-mall tentunya hihihi. Sampai rontok bulu kaki, eh..pegel kaki. Dan berjalan di trotoar sekitar pagar istana, mengintip rusa-rusa yang berkeliaran. Melihat anak-anak yang gembira,saya pun ikut senang. Sambil mencicipi martabak dan kue ape, saya pun bercerita tentang kampus saya dulu, yang sebagian sudah berganti menjadi bangunan mall dan hotel.

Saya masih menyimpan angan, kelak kalau kami berkesempatan liburan di Bogor, satu hal yang tidak boleh terlewatkan adalah mencicipi kuliner secara lengkap dan menyeluruh. Asinan, toge goreng, roti unyil, segala macam penganan dari talas, sop duren, bakso, kue ape, rujak..dan ah, tiba-tiba saya berasa lapar. Di Sorowako nggak ada, Kakaaak. Hal berikutnya adalah berjalan-jalan di kampus bersama anak-anak. Bernostalgia bersama suami, sekaligus bercerita pada anak-anak. Lalu mengunjungi istana dan Kebun Raya Bogor. Waaaahh, kapan ya?



**Tulisan ini diikutkan Lomba Blog Piknik itu Penting 

6 komentar:

Unknown mengatakan...

ituuu jembatan pantai ide danau motanonya bagus banget yaa! :D

Nunung Yuni mengatakan...

Wqaah asyik banget ya tinggal di lingkungan yang masih asri seperti di Sorowako

Ketepelkukuk mengatakan...

Iya mbak, ada pemukiman-pemukiman yang masih asri di sini .. Seperti small town in the middle of jungle #halaaahh :D

Ketepelkukuk mengatakan...

Iya mbak, itu tumben bisa capture pas lengang gitu. Salam kenal, terima kasih sudah mampir blog saya :)

Murtiyarini, Arin mengatakan...

Ceritanya seru. Terimakasih sudah berpartisipasi dalam lomba. Maaf, pengumuman ditunda tgl 20 Oktober 2015. Goodluck.

Ketepelkukuk mengatakan...

Hehe iya mbak, saya udah baca di blognya kalau pengumuman diundur. Makasih udah mampir :)