Selasa, 08 September 2015

Nyetatus Perekonomian Versi Emak-emak


Ada sedikit cerita tentang kerasnya kehidupan emak-emak, yang mencintai diskon dan harga murah. Saat kurs rupiah yang dikabarkan anjlok, ditimpali hingar bingar media sosial yang membahas beginian, inilah saat untuk menguji.

Sabtu kemaren saya menyempatkan ke pasar yang agak jauh dari rumah. Sekitar 30 km mungkin. Duh, demi harga sedikit lebih murah dan kepentingan cuci mata sesaat. Pasar ini hanya ada di hari Sabtu. Ramai betul. Berpuluh-puluh mobil memenuhi parkiran, motor juga ngabalatak. Para pedagang masih lihai memanfaatkan peluang. Para pembeli masih antusias. Berbagai macam barang dagangan digelar.

Akhirnya saya mendapatkan barang belanjaan saya.
Bawang merah 18 rb per kg.(jarang sekali harga bawang merah di bawah 20 rb)
Telur 37 rb per rak ( satu rak isi 30 butir)
Pisang raja satu sisir 5 ribu
Sayur-sayuran seikat 2 ribu
Ikan gabus hidup 25 ribu/kg
Udang galah sedang 50 rb/ kg (lebih murah 10 rb dibandingkan di pasar yang dekat)

Saya bingung, tapi juga bersyukur. Harga-harga masih seperti "biasa". Kalau pun terlihat "mahal''  ya memang begitulah tren harga di sini. Bawang merah malah turun harga. Kalau lagi mahal bisa 40 ribu.
Jadi bingungnya di mana?
Begini,  sebenarnya saya sih mau bilang...eh nanya ding. Itu pada ribut-ribut tentang perekonomian hancur, harga melambung, pemerintah kagak becus kerjanya, itu di negara mana ya? Atau di daerah mana gitu? Beneran saya nanya lho, eh tapi nggak jadi ding.
Jangan ada bully di antara kita.

Duh, inilah kerasnya kehidupan..Antara dunia nyata dan maya. Nyetatus beginian aja, ada perasaan takut dibully...ngahahahaha.

Tidak ada komentar: