Minggu, 13 September 2015

Menerima Permak Kathok


Pagi ini buka pesbuk, dapat dua tautan status yang intinya sama, yaitu tentang menulis. Saya jadi iseng buka-buka blog dan membaca salah satu postingannya yang berjudul Kenapa Menulis. http://ketepelkukuk.blogspot.co.id/2012/03/kenapa-menulis.html?m=1
Nggak terlalu penting lah mbahas si empunya blog, karena ah...siapa lah dia.

Ada bagian yang menarik untuk digarisbawahi, kalau perlu sekalian ditebelin dan cetak miring.
"Segaring apa pun tulisan saya, menulis tidak pernah membuat saya sakit hati. Menulis selalu menyenangkan, always will be..."

Apakah..yang demikian itu..adalah salah satu definisi dari sebuah istilah 'passion'? Entahlah...

Yang saya tau, kita menemukan passion nggak seketika pas lahir cenger oek oek. Ada memang yang nemu dari masa kecil, lalu terpelihara sampe dewasa. Ada yang nemu setelah nyoba sekian jenis hobi, baru nemu passionnya. Ada yang karena terpaksa.

Ada yang nemu dari dulu, lalu hilang entah kemana, eh pas nyoba lagi baru ngeh kalau itu passionnya. Serasa nemu mutiara eh..passion yang hilang, yang lama dicari sekarang berjumpaaa.
Itu. Itu yang saya rasakan saat saya kembali menjahit setelah sekian lama. Debar debar gemes, seneng, puas..
Kalau menilik tampang saya, mungkin orang kurang yakin kalau saya bisa njahit. Lha saya sendiri juga nggak yakin kok. Ngahahaha.. Palingan kelasnya masih level ndondomi. Butuh usaha khusus untuk segera naik level menjadi penjahit beneran, minimal penjahit amatiran dulu.

 Sejak SMP saya sudah berkenalan dengan mesin jahit dan belajar menjahit ala kadarnya. Mesin jahit itu adalah hadiah pemberian dari bapak saya untuk prestasi saya yang tidak seberapa waktu kelas tiga. Tjap-nya kupu-kupu. Dikayuh pakai kaki. Bertahun-tahun dipakai, masih oke. Cuman meja dan dudukannya yang dedel duel. Tapi baru-baru ini sama bapak saya, dibelikan meja dan dudukan baru yang lebih keren. Jadi terlihat antik.

Nah pas kemaren itu rasanya pengeeen banget punya sendiri. Apalagi ngelihat di rumah mertua ada, di rumah Lasem juga ada. Pengen takboyong ke sini, rasanya kebangetan, hahaha. Yo wis, akhirnya beli sendiri, model kekinian yang portable itu. *maap, status ini mengandung pamer.

Sudah beberapa hari ini kegiatan menjahit masuk dalam kegiatan resmi keseharian saya. *gayamu, Maakk. Bikin kuncir dari kain, memperbaiki baju sobek, dan mengecilkan celana kerja suami. Point terakhir ini butuh usaha rada besar, konsul dulu ke simbok saya. Piye carane? Nggak butuh waktu lama bagi saya untuk mengukur, mendedel, menjahit, memotong, dan menjahit lagi. Selesai. Hasilnya lumayan, setidaknya menurut testimoni empunya celana.

Saya puas dan senang. Saking senangnya saya langsung kirim sebaris pesan terselubung untuk keluarga besar saya:  "MENERIMA PERMAK KATHOK". Diketik dengan rasa bangga dan penuh passion-able.

Tidak ada komentar: