Selasa, 24 Juli 2018

Ketakutan


Aku bukan orang penakut, tapi entah sebutan macam apa yang pantas untuk orang yang menakutkan banyak hal.

Waktu kecil aku pernah takut kucing. Kuingat gara-garanya adalah aku kejatuhan kucing dari para-para rumah. Waktu malam sedang beranjak, dan aku duduk bersama kakakku yang sedang menulis entah apa. Aku ingat betul suara kucing itu, yang mungkin sama kagetnya denganku. Juga gambaran raut mukanya yang terendap dalam alam bawah sadarku. Bertahun-tahun aku takut akan kucing. Kulihat dari jarak sepuluh meter saja, aku sudah lari ketakutan.

Aku juga pernah takut makan sawi. Gara-garanya ibuku pernah menghidangkan sayur sawi saat aku sakit yang lidah dan mulutku pahit semua. Sejak itu setiap kali melihat orang makan sawi aku pun merasakan pahit di lidahku. Melihat sayur sawi teronggok hilang selera makanku.

Ketakutan itu bahkan tidak masuk akal.

Waktu kau kecil, Azka, kau pernah takut sesuatu yang lazim disebut orang dengan kancing. Pernah kulihat raut mukamu menahan muntah saat melihat sebutir kancing baju tergeletak di lantai. Kau juga pernah takut dengan chainsaw dan genset. Barangkali saat itu kau belum tahu bahwa ada tahap yang dilakukan untuk membuat alat tersebut berbunyi nyaring. Bisa jadi kau kira hanya dengan dilihat, sebuah chain saw atau genset bisa langsung berbunyi.

Dan, Anin. Kau pernah takut badut lebah mini market terkenal itu. Hingga kau rela membatalkan membeli es krim dan melewatkan balon gratis. Kau juga pernah takut marching band. Aku ingat sekali bagaimana kau terbirit ke ruangan paling belakang di rumah Apih. Tak akan beranjak keluar hingga berjam-jam lamanya.


Ara pun pernah takut sesuatu, kan? Kau pernah takut keset kaki, hingga melewatinya pun tak berani. Mungkin permukaan keset itu nampak mengerikan serupa bulu monster yang ada di televisi.


Seiring waktu, kita sadar bahwa kadangkala ketakutan-ketakutan semacam itu harus kita atasi. Entah dengan cara apa. Aku hampir tak ingat detil tentang melawan ketakutanku terhadap kucing. Kalian mungkin juga tak ingat lagi bagaimana kalian bisa berdamai dengan kancing, keset, marching band, badut, dan lain-lain itu.


Tapi, Nak. Bahkan orang dewasa pun kadang masih menyimpan ketakutan yang sulit kalian pahami. Mungkin bukan takut, tapi...perasaan aneh yang menembus pori-pori seluruh tubuh, meremangkan bulu kuduk, dan membuat akalmu seolah berhenti sekejap.  Orang dewasa bisa takut pada hal yang di mata kalian hanya lucu-lucuan belaka. 


Entahlah, apakah kalian akan tertawa mengenang ketakutanku pada  Elmo. 


-Juli, 2018

Tidak ada komentar: