Selasa, 24 Juli 2018

Catatan di Tahun Ajaran Baru yang Nggak Baru Baru Amat (3)

Ara.

Minggu kedua kau masuk sekolah yang bernama playgroup itu, kulihat tidak ada kesulitan berarti. Kau tidak menangis saat ibumu pulang, untuk sekedar beres-beres rumah dan mandi. Meski terkadang saking ini itu dan ina inu aku bahkan tidak sempat mandi hingga tiba saat menjemputmu. 

Aku tahu, sekolah adalah hal yang kauidamkan sejak tahun lalu. Melihat kakak-kakak pergi pagi pulang sore untuk bersekolah, kau hanya berdua dengan ibumu menunggu. Seringkali kutanya, jika kau sudah sekolah ibu main dengan siapa di rumah? Kau menghiburku. Ibu bisa bermain dengan Kemi (nama boneka kucingnya). Atau boleh main sama temannya di sebelah rumah. Dunia di mata anak kecil memang begitu,Nak. Tidak jauh dari kata bermain.

Jadi begini, Nak. Ada keharuan dan kegalauan ibumu saat engkau mulai  melangkah keluar rumah untuk bersekolah. Bukan...bukan tentang rasa kesepian menunggu saat kalian pulang sekolah. Ini tentang perasaan yang teraduk-aduk dalam hati setiap kali menyadari kalian ternyata bertambah besar. 

Seingatku, aku bukan ibu yang hebat. Aku hanya ibu yang biasa tanpa embel apa-apa. Dilabelin baik saja, aku sudah bersyukur. Mudah-mudahan memang masih dalam kategori baik. Melewati masa demi masa pertumbuhan kalian, maka di situlah aku belajar. Bagaimana menjadi ibu untuk kalian. Yang baik tentu saja. 

Kadang kita seperti melenggang tanpa hambatan, terkadang juga seperti ada badai yang harus kita taklukkan. Kadang kita harus berlari, kadang berhenti sejenak, kadang melompat lebih tinggi. Kadang kita lelah, kadang kita tertawa, kadang kita menangis. Begitulah orang dewasa, Nak. Nanti kau juga mengerti.

Di usia yang belum empat tahun, kau selalu merasa dirimu sudah besar. Aku menghargai anggapanmu itu. Karenanya aku memasukkanmu ke playgroup. Tempat kamu belajar bertemu orang lain juga teman sebaya. Kau bisa menyanyi dan bermain. Mungkin kau pun bisa berlari juga melompat tinggi-tinggi. Dalam arti harfiah. 

Dua minggu ini aku masih saja belum yakin, apakah kau bisa "bersekolah" sesuai yang kauharapkan. Apakah kau sudah tertawa lepas, mengobrol seperti biasa, juga bermain dengan gembira. Tanpa ketakutan. Iya, hal yang aku takutkan adalah jika kau merasa takut, tanpa aku bisa merengkuhmu dekat

Tapi kulihat kau bisa, Nak. Meski tidak serta merta. Mungkin sama sepertiku. Sementara kau di sekolah, aku di rumah. Kau hanya perlu yakin tentang apa yang dilakukan ibumu di rumah.

Seperti Spongebob dan Patrick.
"Apa yang biasa kau lakukan saat aku pergi?"
"Menunggumu kembali."

-Juli 2018

Tidak ada komentar: