Senin, 24 Maret 2014

Melihat dari Sisi yang Berbeda


Kapan hari tuh, lupa kapannya euy, iseng-iseng nonton tipi. Sambil nungguin anak-anak pulang sekolah. Pencet pencet remot, eh ketemu Mike Tyson. Bukan lagi tinju, tapi lagi ngomong di panggung. Di pojok kanan atas layar tipi, ada tulisan Undisputed Truth – Mike Tyson, Channel HBO. Entahlah, saya yang katrok atau gimana…saya baru pertama kali lihat itu pilem.

Jadi inget dulu waktu ngetop-ngetopnya Sang Legenda Tinju ini. Berjam-jam nunggu pertandingan gelar tambahan hihihi, cuma buat nunggu gelar tinju sang juara. Padahal laga tinju utamanya sendiri, seringnya 1-2 ronde saja. Udah KO. Mike Tyson yang menang. Hahaha sedikit sadis memang.

Nah, apa yang bisa saya tangkap dari pilem ini? Waduh apa, ya? Saya nggak bawa catatan waktu nonton, sekedar mengandalkan ingatan saya yang terbatas.

Mike atau Michael ini lahir dan besar di Brooklyn. Tumbuh dalam kawasan kumuh dan keras, membuatnya jadi petarung jalanan.  Agak lucu caranya menceritakan masa kecilnya, sehingga saya pun ikut senyum-senyum meski nggak terlalu paham haha. Lalu dia mengisahkan saat masuk penjara anak-anak dan ditemukan oleh pelatih tinju Cus D’Amato. Mike Tyson mengungkapkan betapa dia berhutang budi dan sangat menghormati si orang Italia ini. Dan dia sangat termotivasi dengan ucapan sang pelatih yang berulang-ulang, sehingga dia bisa mewujudkan impian mereka untuk memecahkan rekor menjadi juara tinju kelas berat termuda. Dalam usia 20 tahun! Oh, pantas saja dia merasa sangat kehilangan ketika Cus meninggal.

Ada sisi lain yang sedikit banyak diungkapkan bahwa sebenarnya dia adalah orang yang tidak percaya diri dalam bergaul, salah satunya karena faktor kulit hitam. Lalu ditunjukkan foto waktu dia makan bersama dengan beberapa orang kulit putih, dan dia berseloroh  kurang lebih begini, “Apakah saya tidak nampak seperti orang jahat, yang dalam hatinya bilang ‘setelah makan, kurampok kalian’.”

Dan begitu juga, dia mengungkapkan ketidakpedeannya bergaul dengan wanita, mungkin sekaligus juga mengklarifikasi isu-isu lama.

Betapa miskinnya dia dulu, katanya. Betapa dia menyesal ketika ibunya meninggal saat mereka masih miskin. Peti mati ibunya yang nggak layak disebut kayu, lebih pantas disebut kardus saking tipisnya. Sehingga ketika Tyson menjelma menjadi orang kaya raya, dia bongkar makam ibunya lalu dia ganti peti mati dan nisannya dengan yang mewah/mahal.  

Nah, yang bikin audiens sedikit heboh ketika Tyson menceritakan permusuhannya dengan Mitch Green. Mungkin saking keselnya, dia sebut pula itu nama-nama binatang, salah satunya gorilla. Hihihihi…konon karena si Mitch Green ini sering mengata-ngatainya dengan sebutan ‘homo’, dan selalu memancing keributan. Apa pasal? Ah entahlah, bukan urusan saya. Hihihiiii..

Stelah itu dia mengisahkan drama romantis dan ironis pernikahannya dengan seorang aktris bernama  Robin Givens. Cuma delapan bulan, mereka memutuskan bercerai. Dan Mike Tyson menekankan berkali-kali bahwa dia merasa seperti ditipu. Digerogoti uangnya begitu saja. Ironisnya, pernah dia memergoki istrinya bersama Brad Pitt (dia menyebutnya  si pria cantik”) saat mereka berduaan di mobil yang konon dibelikan pake uang Mike Tyson. Kasihaaannn…entah apa masalahnya, biarlah jadi urusan mereka. Hehehehe

Dia tidak menceritakan istri berikutnya,hehe. Tapi dia banyak berbicara tentang Don King, si promotor berambut jabrik khasnya. Sepertinya saya menangkap kesan ada sedikit sakit hati saat Mike Tyson menceritakan tentangnya.
Seperti roda yang berputar, kehidupannya pun berputar. Dari miskin, lalu kaya raya, dan selanjutnya nggak kaya. Di tengah karir yang merosot, kebangkrutan ekonomi, keluar masuk penjara dia menemukan banyak hal. Ketika di penjara dia berkenalan dengan orang-orang Muslim, lalu tertarik mengenal Islam, dan mulai membaca Qur’an. Dia mengakui bahwa dia merasakan ketenangan, sesuatu yang dari dulu dicarinya. Yah, terkadang hikmah kehidupan harus ditebus sangat mahal.

Tentang Evander Holyfield, yang dia gigit telinganya sampe putus. Hiks, tega amat kamu om… Tyson menyadari kebablasannya, gara-gara tidak bisa mengendalikan emosi. Tapiii, akhirnya mereka berbaikan, dan berteman baik. Bahkan Tyson memujinya.

Dia menutup kisahnya dengan sedikit cerita  tentang kehidupan rumah tangganya yang sekarang, bersama Kiki Spencer. Dia berharap itu akan berlangsung langgeng. Dia mempunyai beberapa anak, sepertinya juga dari beberapa wanita yang berbeda.  Ada  yang namanya Milan, Morocco, dan yang lainnya saya lupa. Hehehe. Yang cukup mengharukan ketika dia menceritakan salah satu anak perempuannya, Exodus, 4 tahun, terlilit kabel treadmill lalu nyawanya tidak terselamatkan. 

Kejadian demi kejadian banyak yang mengubah hidupnya.

Menonton pilem atau teater ini menyadarkan saya, bahwa setiap orang punya sisi kehidupan yang kadang kala begitu berbeda dengan apa yang ditampakkan. Terlepas dari benar atau tidaknya, bukankah setiap orang punya hak jawab dan membela diri? Terlepas dari nilai parameter kebenaran/kebaikan yang kita yakini, bukankah tidak adil menghakimi semena-mena kehidupan orang lain? Bukankah kurang bijak berkomentar sinis atas kehidupan orang lain? Waktu berlalu, kehidupan berjalan, orang bisa berubah.

Sisi kehidupan orang lain yang nampak, yang dibicarakan khalayak, yang dibahas media massa, mungkin hanya sebagian kecil bingkai yang terlihat bold and underlined. Nyata dan jelas. Padahal masih banyak yang tidak terlihat, yang terpampang nyata gitu..(menurut istilah mbak Syahrini).

Softly reminder saja, terutama buat saya sendiri, jangan terlalu cepat menghakimi. Jangan terlalu cepat memberikan komentar sinis  atas sesuatu berita. Jangan melemparkan tuduhan yang belum terbukti keshahihannya. Ah saya ini ngomong apa sih? Gara-gara kebanyakan baca berita infotainment neh hahaha.  Terinspirasi dari Undisputed Truth – Mike Tyson, lebih berbaik sangka dulu ketika ada berita heboh ini itu. Mungkin ada sisi lain kehidupan yang tidak diketahui banyak orang.  Toh orang kebanyakan tahunya hanya sepenggal bingkai kehidupan yang nampak. Yang disorot media kan nggak semua. Ada  yang nampak, ada yang menunggu waktu hingga kebenaran terpampang nyata, bahkan ada yang tersembunyi  entah sampai kapan. 

Bukankah hidup ini memang lebih indah dengan sedikit rahasia? Ahihihiii….

Tidak ada komentar: