Kapan hari tuh, lupa kapannya euy, iseng-iseng nonton tipi.
Sambil nungguin anak-anak pulang sekolah. Pencet pencet remot, eh ketemu Mike
Tyson. Bukan lagi tinju, tapi lagi ngomong di panggung. Di pojok kanan atas
layar tipi, ada tulisan Undisputed Truth – Mike Tyson, Channel HBO. Entahlah,
saya yang katrok atau gimana…saya baru pertama kali lihat itu pilem.
Jadi inget dulu waktu ngetop-ngetopnya Sang Legenda Tinju
ini. Berjam-jam nunggu pertandingan gelar tambahan hihihi, cuma buat nunggu
gelar tinju sang juara. Padahal laga tinju utamanya sendiri, seringnya 1-2
ronde saja. Udah KO. Mike Tyson yang menang. Hahaha sedikit sadis memang.
Nah, apa yang bisa saya tangkap dari pilem ini? Waduh apa,
ya? Saya nggak bawa catatan waktu nonton, sekedar mengandalkan ingatan saya
yang terbatas.
Mike atau Michael ini lahir dan besar di Brooklyn. Tumbuh
dalam kawasan kumuh dan keras, membuatnya jadi petarung jalanan. Agak lucu caranya menceritakan masa kecilnya,
sehingga saya pun ikut senyum-senyum meski nggak terlalu paham haha. Lalu dia
mengisahkan saat masuk penjara anak-anak dan ditemukan oleh pelatih tinju Cus
D’Amato. Mike Tyson mengungkapkan betapa dia berhutang budi dan sangat
menghormati si orang Italia ini. Dan dia sangat termotivasi dengan ucapan sang
pelatih yang berulang-ulang, sehingga dia bisa mewujudkan impian mereka untuk
memecahkan rekor menjadi juara tinju kelas berat termuda. Dalam usia 20 tahun! Oh,
pantas saja dia merasa sangat kehilangan ketika Cus meninggal.
Ada sisi lain yang sedikit banyak diungkapkan bahwa
sebenarnya dia adalah orang yang tidak percaya diri dalam bergaul, salah
satunya karena faktor kulit hitam. Lalu ditunjukkan foto waktu dia makan
bersama dengan beberapa orang kulit putih, dan dia berseloroh kurang lebih begini, “Apakah saya tidak nampak
seperti orang jahat, yang dalam hatinya bilang ‘setelah makan, kurampok
kalian’.”
Dan begitu juga, dia mengungkapkan ketidakpedeannya bergaul
dengan wanita, mungkin sekaligus juga mengklarifikasi isu-isu lama.
Betapa miskinnya dia dulu, katanya. Betapa dia menyesal
ketika ibunya meninggal saat mereka masih miskin. Peti mati ibunya yang nggak
layak disebut kayu, lebih pantas disebut kardus saking tipisnya. Sehingga
ketika Tyson menjelma menjadi orang kaya raya, dia bongkar makam ibunya lalu
dia ganti peti mati dan nisannya dengan yang mewah/mahal.
Nah, yang bikin audiens sedikit heboh ketika Tyson
menceritakan permusuhannya dengan Mitch Green. Mungkin saking keselnya, dia
sebut pula itu nama-nama binatang, salah satunya gorilla. Hihihihi…konon karena
si Mitch Green ini sering mengata-ngatainya dengan sebutan ‘homo’, dan selalu
memancing keributan. Apa pasal? Ah entahlah, bukan urusan saya. Hihihiiii..
Stelah itu dia mengisahkan drama romantis dan ironis pernikahannya dengan
seorang aktris bernama Robin Givens.
Cuma delapan bulan, mereka memutuskan bercerai. Dan Mike Tyson menekankan
berkali-kali bahwa dia merasa seperti ditipu. Digerogoti uangnya begitu saja.
Ironisnya, pernah dia memergoki istrinya bersama Brad Pitt (dia
menyebutnya “si pria cantik”) saat mereka
berduaan di mobil yang konon dibelikan pake uang Mike Tyson. Kasihaaannn…entah
apa masalahnya, biarlah jadi urusan mereka. Hehehehe
Dia tidak menceritakan istri berikutnya,hehe. Tapi dia banyak berbicara tentang Don King, si promotor berambut jabrik khasnya. Sepertinya saya menangkap kesan ada sedikit sakit hati saat Mike Tyson menceritakan tentangnya.
Seperti roda yang berputar, kehidupannya pun berputar. Dari miskin, lalu kaya raya, dan selanjutnya nggak kaya. Di tengah
karir yang merosot, kebangkrutan ekonomi, keluar masuk penjara dia menemukan
banyak hal. Ketika di penjara dia berkenalan dengan orang-orang Muslim, lalu
tertarik mengenal Islam, dan mulai membaca Qur’an. Dia mengakui bahwa dia
merasakan ketenangan, sesuatu yang dari dulu dicarinya. Yah, terkadang hikmah
kehidupan harus ditebus sangat mahal.
Tentang Evander Holyfield, yang dia gigit telinganya sampe
putus. Hiks, tega amat kamu om… Tyson menyadari kebablasannya, gara-gara tidak
bisa mengendalikan emosi. Tapiii, akhirnya mereka berbaikan, dan berteman baik.
Bahkan Tyson memujinya.
Dia menutup kisahnya dengan sedikit cerita tentang kehidupan rumah tangganya yang
sekarang, bersama Kiki Spencer. Dia berharap itu akan berlangsung langgeng. Dia
mempunyai beberapa anak, sepertinya juga dari beberapa wanita yang berbeda. Ada
yang namanya Milan, Morocco, dan yang lainnya saya lupa. Hehehe. Yang
cukup mengharukan ketika dia menceritakan salah satu anak perempuannya, Exodus,
4 tahun, terlilit kabel treadmill lalu nyawanya tidak terselamatkan.
Kejadian demi kejadian banyak yang mengubah hidupnya.
Menonton pilem atau teater ini menyadarkan saya, bahwa
setiap orang punya sisi kehidupan yang kadang kala begitu berbeda dengan apa
yang ditampakkan. Terlepas dari benar atau tidaknya, bukankah setiap orang
punya hak jawab dan membela diri? Terlepas dari nilai parameter
kebenaran/kebaikan yang kita yakini, bukankah tidak adil menghakimi semena-mena
kehidupan orang lain? Bukankah kurang bijak berkomentar sinis atas kehidupan
orang lain? Waktu berlalu, kehidupan berjalan, orang bisa berubah.
Sisi kehidupan orang lain yang nampak, yang dibicarakan
khalayak, yang dibahas media massa, mungkin hanya sebagian kecil bingkai yang
terlihat bold and underlined. Nyata dan jelas. Padahal masih banyak yang tidak
terlihat, yang terpampang nyata gitu..(menurut istilah mbak Syahrini).
Softly reminder saja, terutama buat saya sendiri, jangan terlalu cepat menghakimi. Jangan terlalu cepat memberikan komentar sinis atas sesuatu berita. Jangan melemparkan tuduhan yang belum terbukti keshahihannya. Ah saya ini ngomong apa sih? Gara-gara kebanyakan baca berita infotainment neh hahaha. Terinspirasi dari Undisputed Truth – Mike Tyson, lebih berbaik sangka dulu ketika ada berita heboh ini itu. Mungkin ada sisi lain kehidupan yang tidak diketahui banyak orang. Toh orang kebanyakan tahunya hanya sepenggal bingkai kehidupan yang nampak. Yang disorot media kan nggak semua. Ada yang nampak, ada yang menunggu waktu hingga kebenaran terpampang nyata, bahkan ada yang tersembunyi entah sampai kapan.
Bukankah hidup ini memang lebih indah dengan sedikit
rahasia? Ahihihiii….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar