Jumat, 19 Juli 2019

Tentang Sebuah Kucing



Ini kucing kesayangan anak saya. Mungkin dia peranakan angora atau persia. Saya tidak tahu pasti. Yang saya inget kucing ini sudah lama dianggap seperti bagian dari keluarga. Beli di sebuah toko di kawasan kota Palopo saat anak sulung usianya belum genap 2 tahun. Saya beli dengan gaji pertama mengajar di sebuah bimbel. Saya pernah ngajar di bimbel sambil bawa anak kecil. 😁

Iya, ada masanya dulu saya berikhtiar mencari kerjaan. Utamanya demi melepas jenuh. Predikat ibu rumah tangga tanpa karir, gaji, kerjaan sendiri pernah membuat saya galau. Meski pun pada akhirnya saya sadar bahwa solusi dari kegalauan itu bukan dengan cara membalik keadaan. Apalagi hanya demi menepis anggapan orang, karena sejatinya bagaimana pun kita tetap akan ada komentar dan anggapan. Cuekin aja bhaayyyy. 😀 Butuh proses untuk menyadari bahwa masing-masing orang ditakdirkan dengan jalannya masing-masing. Semua tak harus sama. 

Kembali ke kucing tadi. Saya sangat menyukai boneka dan gambar kucing, tapi tidak dengan kucingnya. Sementara di rumah mertua selalu ada kucing peliharaan. Jadi setiap mudik kucing ini selalu ikut. Dari sejak anak lanang usianya belum genap 2 tahun sampai sekarang kucingnya diakuisisi oleh anak ketiga. Totalnya entah sudah berapa kali dia ikut kami mudik.  Ikut check in, melewati security check, naik pesawat, naik bis, naik kereta, naik mobil.. Pergi pulang. Pulang pergi. Pernah sekalinya ketinggalan di rumah Bapak saya di Lasem. Heboh dunia persilatan. 😅 Akhirnya dipaketkan ke Sorowako. 

Saya pikir dia sudah biasa ikut traveling. Meski kadang dimasukkan dalam tas ransel atau tas tenteng. Kadang digendong-gendong. Ndak rewel. 😁Eh tapi, waktu di security check Bandara Hasanuddin Makassar kemarin itu, langkah kami dihentikan petugas. Ada sesuatu dari barang bawaan kami sehingga alat detektor berbunyi. Bukan dari koper, tapi tas gambar Dora. 

"Ini isinya apa, Bu? Mainan, ya?" tanya petugas.
"Dibuka saja, Pak. Ndakpapa." kata saya. Lalu saya membuka tas. "Mainan, buku, alat tulis, boneka, tayo, amber.."

Petugas mengeluarkan boneka kucing. Lalu berbicara pada petugas lainnya. Dia meremas bagian kaki boneka. "Oh, mungkin ini yang menyebabkan bunyi."

Butiran styrofoam. 

Kami tertawa tertahan. Hampir saja boneka kesayangan disita petugas. Mungkin, ada bahan pembuat boneka yang terdeteksi sebagai pembuat bom atau apalah. Gak paham saya.

Alhamdulillah, ada lagi cerita pelengkap liburan mudik kali ini. Seru. Lebih seru lagi karena liburan ini sedikit lebih lama dari biasanya. Lho maaakk, ngeneki lho penaknya jadi ibu rumah tangga yang pengangguran. Nggak mikirin kudu masuk kerja tanggal berapa. 😀

Memang ya, segala sesuatu yang kita anggap masalah kadang hanya berupa tantangan yang musti kita taklukkan. Menghadapi komentar negatif tentang ibu rumah tangga tak bekerja, misalnya. Kita jalani saja setiap momennya sambil belajar dan berproses. Toh kita yang menjalani, bukan orang lain. Orang lain eh dan netizen sih paling bisa emang kalo komentar. Jadi ya, enjooooyyy saja. Sampai datang komentar baru sejenis ini, "Duuuh enaknyaaaaa, bisa liburan lama. Ngabisin uang doaaanggg. Kayak gue dooonggg, mending dibeliin emas berlian uangnya." bla..bla..blaa..
Wkwkwkwkwk...

Tidak ada komentar: