Jumat, 19 Juli 2019

Menyelami Hikmah yang Tuhan Kehendaki

Petang itu, saya sholat berjamaah dengan ibu bapak saya. Hal yang lazim saya lakukan saat saya masih tinggal di rumah itu. Setelah sholat, bersalaman dan mencium punggung tangannya. Lalu ikut berzikir dan mengamini doa-doanya. 

Jauh dalam lubuk hati, saya mengingat dan bersyukur. Doa-doa mereka selama ini yang menemani hidup kami, anak-anaknya. Hingga seperti sekarang ini. Menuju kehidupan yang lebih baik, lebih baik lagi daripada sebelumnya. 

Saya ingat,  kenangan di suatu masa yang sulit. Entah hikmah apa yang Tuhan kehendaki, cobaan serasa bertubi-tubi menimpa keluarga kami. Mungkin dari luar tidak kelihatan, tapi di dalam terasa sekali. Kegoncangan demi kegoncangan. Ibarat orang lain melihat kendaraan melaju dengan mulus, padahal penumpang di dalamnya merasakan getaran dan goncangan. Tapi, kami kuat. Meski ada sedikit, satu dua, atau tiga empat, atau sebelas duabelas ketika kesabaran mulai terkikis tanpa sadar meninggalkan luka goresan. Yang kadang lama disembuhkan. 

Pada masa itu, dengan ijin-Nya, saya adalah gadis yang sakit-sakitan. Pernah, saat liburan kuliah, saya pulang dalam kondisi sakit agak parah. Ibu saya berikhtiar membawa ke dokter spesialis di sebuah klinik swasta. Saya ingat, biaya obat, pemeriksaan, USG dll menghabiskan biaya cukup besar. Untuk kondisi kami saat itu tentunya. Obatnya saja 80.000 rupiah, jaman itu. Besar. Lha biaya kuliah saya saja 450.000 per semester. Biaya makan di kost nggak sampai 200 ribu sebulan. 

Saya ingat, saat pulangnya, sambil menunggu kendaraan umum, kurang lebih ibu saya bilang begini, "Makanya jangan sakit, kalo sakit habis biaya banyak." Saya hanya terdiam. Menyadari banyak hal, termasuk ~cincin~ gelang saya yang baru saja dijual. Bahkan kondisi perekonomian kami memang tidak stabil saat itu. 

Sedih. 

Sejak itu saya bertekad dan berharap. Saya ingin kehidupan yang jauh lebih baik. Buat kami semua. Alhamdulillah, meski bukan proses instan, tapi keadaan perlahan tapi pasti berubah. Semua hal, termasuk kesehatan saya. 

Sejak lama saya tidak sakit-sakitan. Hal yang menakjubkan mengingat waktu dulu. Yaah meski kadang ada alergi kambuh, alhamdulillah. Seperti saat liburan mudik kemaren itu. Sinusitis saya kambuh agak berat, sampai telinga nyeri dan kepala pusing. Berminggu-minggu. Lha kok cocoknya dibawa ke klinik itu lagi. Sambil mengingat, sambil bersyukur itu yang saya rasakan setiap saya ke klinik itu. 

Saya yakin, bahkan segala perasaan saya bernostalgia menghadapi sakit pun tak lepas dari doa-doa orang tua saya. Tak henti saya berdoa semoga Allah memuliakan mereka di hari tuanya. Amiin.

Tidak ada komentar: