Senin, 24 September 2018

Recehan yang Boleh Kamu Kesampingkan



Sesekali nulis yang rada serius. Tapi panjang. Yang nggak kuwat skip aja gaesss.  
Boleh kan, gaesss? 

Jadi sudah beberapa lama saya itu ndak nyetatus kekinian.  Entah sudah berapa berita politik saya lewatkan untuk saya statuskan. Entah sudah berapa kehebohan warga netijen saya lewatkan begitu saja tanpa status yang cetar. 

Toh, hidup saya baik-baik saja. 
Aman malahan. Saya ndak perlu baku komentar saling ngotot yang ujung-ujungnya keberpihakan politik. Kabar walikota di dekat ibukota sana yang ketangkap KPK kalo saya statuskan bisa sampai level nyinyir nomer suwidak rolas. Demi membalas kenyinyiran pendukungnya yang saban hari lewat  di linimasa.  Kabar anggota DPRD di suatu kota di Jawa Timur yang tersisa beberapa orang saja kalo distatuskan bisa pedes juga. Mau bikin status tandingan buat para pemain tagar-tagaran ah  malas juga.  Meski ada bahan.

Sakarep-karepnya situ aja, lah. Saya mendingan milih tetap waras di hingar bingar jagad persosmedan. Apalagi di tahun politik kayak begini. 

Saya memilih untuk bersikap layaknya netijen retjeh. Karena saya tahu diri. Itu. 
Meski dengan begitu saya dicap tidak menjadi pembela golongannya sendiri. Atau justru saya dicap masuk dalam barisan musuh. Ngggg... Ini ngomongin sosmed sih ya, bukan ngomongin perang-perangan. 🙄🙄

Whatever, lah. Saya kira sudut pandang setiap orang nggak bisa digebyah uyah, disamaratakan begitu saja. Ya sudut pandang, ya pemikiran, ya pertimbangan, dan segala sesuatunya. 

Sama halnya begini. Saya pikir kamu menghinakan diri dengan rajin menyebar hoaks demi dukungan politik, tapi di sisi lain kamu menganggap dirimu sedang berjuang di jalan suci. Yang tidak sependapat kamu anggap tidak mendapat hidayah dan lagi tersesat jalannya. ---tiba-tiba aku pengen raup 😑😑😑

Daaaaaannn begitu pun sebaliknya. Jika kamu menganggap saya hanya menyebar yang ndak jelas ndak jelas, yang gak penting gak penting, yang ndak bermanfaat ndak bermanfaat, yang receh receh, yang embuh embuh, ketahuilah.... bahwa emang benar begitu adanya. 😁😁

Lhaaaa tapinya...
Ini ada tapinya. Nggak semua orang punya kesukaan dan kecenderungan seperti yang kamu punya. 

Ada orang-orang yang akan mumet setiap buka pesbuk langsung mak tratap ketemu statusmu yang selalu berat mbahas isu kekinian dengan tendensi politik yang sangar. Buka grup wasap ketemu lagi postinganmu yang nyrempet politik. Itu lagi itu lagi. Selalu dan always. 

Bayangkan jika yang model begitu adalah lima dari lima belas temannya. Atau  sebelas dari sepuluh temannya.  Bisa dipastikan dia segera tutup akun atau left grup WA.

*

Saya pernah jadi aktivis waktu kuliah. Di BEM Fakultas. Juga pernah bersinggungan di kegiatan politik partai tertentu yang tidak perlu saya sebutkan namanya yang sekarang namanya lebih panjang dari pada namanya waktu pertama tayang. 

Jadi kalau saya lewat di temlen dengan status yang agak-agak nyangkem tentang politik,  itu kadang artinya ya.. mungkin saya lagi kurang bahan untuk ngecipris. Atau level kenyinyiran saya lagi naik beberapa derajat. 😅😅

Saya juga pernah mengalami masa sulit, di mana saya merasa down dan terlalu fokus pada hidup saya sendiri. Ambyar pokokmen rasanya waktu itu. Dan di saat itu lagu-lagu dari seseband bernama PADI yang setia menemani dan menginspirasi.  😁 Bukan nasehat-nasehat berbobot berat, bukan support dari kawan yang pernah satu perjuangan... Halaaahh. 

Cuman lagu.  Iya lagu.  
Eehh.. Selain itu juga puisi-puisi Lukman A. Sya yang sering muncul di kolom sastra koran Republika setiap minggu. Dari situ saya seperti mendapat inspirasi hidup.  Saya belajar berdamai dengan diri saya sendiri. Berdamai dengan hidup.  Belajar mengisi waktu dengan hobi dan kesenangan buat diri sendiri. Pokokmen ngono. 

Bagi sebagian orang,  lagu hanya sekadar lagu. Puisi sekedar puisi. Tapi pada saat tertentu ada orang yang menganggap hal-hal sekedar itu adalah hal berharga. 
Demikian juga, apa yang dianggap orang sebagai recehan yang pantas dikesampingkan bisa jadi adalah hal yang sayang untuk dilewatkan bagi sebagian [kecil] yang lain. 

Saya pernah baca status seseorang, yang pernah dapat pengakuan dari orang yang selalu membaca statusnya, meski tanpa menjempoli atau komen. Followernya itu adalah seorang survivor kanker. Membaca status seseorang itu adalah hiburan baginya. Menemaninya untuk sekadar melupakan rasa sakitnya. 

See, bahkan kadang seseorang tidak pernah tahu bahwa ada orang-orang yang bisa jadi terinspirasi dengan postingannya di media sosial. Mungkin ada orang yang dalam sunyinya menanggung beban hidup, tapi ada postingan yang bisa menemaninya untuk sekadar tersenyum atau sesaat melupakan getir hidupnya. 

Bahkan saya yakin sekali, itu grup band Padi tidak pernah tahu bahwa di suatu masa ada seseembak yang jelita (lariiiii... takut dibalang netijen 😆). --ralat lah, seseembak yang jelata -- yang merasa ditemani lagu-lagunya. Tetaplah menjadi bintang di langit, mbak.  Apapun yang terjadi. 😄

Seseembak yang dulu pernah ngaku dirinya sobatpadi sekarang telah bermetamorfosis menjadi seseemak dengan label sobatgabah.  Dan balamejikom tentunya. 
Lalu dia ngaku sebagai netijen receh di gegap gempita sosmed. Kadang nyetatus yang embuh-embuh, yang ndak jelas ndak jelas,  yang entah... Entah menginspirasi atau malah bikin eneg. 😅

Entah dia itu siapa.

Tidak ada komentar: