Kamis, 30 Januari 2014

Yuk Kip Smail (Senyum dan Keramahan)



Inilah balada sebagian orang baru. Saya sering mengalaminya. Perasaan takut tidak diterima, takut salah, bingung mau bagaimana, dan lain lain. Pernahkah Anda?

Kemaren sore, waktu  bermain sepeda sama anak-anak di jalanan, dari arah kiri ada mobil lewat. Mobil bak terbuka warna merah ada tulisannya "PATROLI" bergerak pelan, lalu saya lihat dari kaca mobil yg terbuka orang berkacamata gelap melempar sandal..eh senyum ke saya.


“Sore, Bu.” katanya. Pak Satpam ternyata.

Saya pun tersenyum balik, lalu mengangguk. “Sore, Pak.”

Saya jadi ingat, awal-awal saya tinggal di sini, betapa SENYUM dan SAPAAN yang ramah itu sangat membantu saya. Saya jadi merasa ‘diuwongke’ (bhs Jawa), artinya
dianggap dan diperlakukan sebagaimana mestinya orang.

Ah, mungkin saya berlebihan. Biasa kali orang ketemu orang lalu senyum.  Apa yang istimewa?
Iya kalo udah kenal mungkin terasa biasa saja. Tapi untuk orang baru, orang yang masuk lingkungan dan suasana baru, itu sangat sangat membantu.

Waktu mendaftar sekolah anak saya yang SD, awalnya pun saya agak nervous. Maklumlah, saya terbiasa dari dulu hidup di kampung, dibesarkan di kampung,bersekolah di kampung, hanya kuliah saja yang di kota (eh, Bogor kota kan ya?). Agak terkagum-kagum juga dengan area sekolah yang luas, teratur, dan tertib. Gimana cara ngaturnya ya…hehe

Tapiii….saya sangat merasa terbantu ketika Bapak Kepala Sekolah menyambut kami dengan senyum ramah. Memberikan presentasi tentang sekolah, menjelaskan segala sesuatunya, membantu akses untuk urusan-urusan siswa baru dll. Demikian juga
pegawai dan guru. Ketika kami harus bolak balik melengkapi administrasi, kami pun tetap dilayani dengan ramah. Bertemu dengan sapaan dan senyum ramah.

Pernah ketemu dengan guru yang berasal dari Bandung, dengan ramah juga berkenalan dan mengajak kami mengobrol dengan bahasa Sunda. Hehe.. Menarik ya? Saat kita di kampung orang, lalu ketemu orang satu suku, satu daerah, berasa ketemu saudara jauh hiiihii.

Pun demikian ketika kami mengurus administrasi anak kedua, di TK. Dilayani dengan senyum dan keramahan..hingga kami merasa diterima sebagai salah satu anggota baru di lingkungan mereka.
Yaaa..kalo saya sih, bersyukur sekali. Bahkan ketika saya bolak balik ke sekolah mengurus seragam baru, Pak Satpam yang di gerbang sekolah pun tersenyum ramah, nggak garang hehe.
Tau kali kalo orang baru, masih bingung mau ngapain…kemana-mana masih harus nanya dulu…hehe

Oya, saya malah berkali-kali disapa Pak Satpam yang patroli naik motor di perumahan. Apalagi saya suka mungut mangga jatuhan di pinggir jalan depan rumah, keliling-keliling perumahan sama anak-anak, nongkrong di halte. Hehe

Saya juga pernah, lagi duduk di halte nunggu anak pulang sekolah, ada mobil bak terbuka beberapa kali lewat, dan setiap lewat nglakson sambil senyum. Pas ketemu kesekian kalinya baru saya ngeh, kalo itu adalah bapak-bapak yang ngurus interior rumah. Pernah ketemu waktu saya datang di rumah di hari pertama.

Saya bayangin nih seandainya…di negeri ini…para pejabat, pegawai pemerintahan, pelayan publik, dll bisa melayani masyarakat dengan senyum dan keramahan (disamping profesionalitas tentunya). Mungkin masyarakat kita ini jadi adem ayem tentrem…nggak suka rebut-ribut, nggak suka tawuran..karena semua orang merasa diuwongke.

Ya, selain karena profesionalitas pekerjaan, anggaplah senyum dan keramahan adalah  bonus/hadiah buat masyarakat. Yang menerima hadian biasanya senang kan?

Demikian juga sebaliknya. Sehingga semua orang merasa ‘diuwongke’.

Aah, mungkin ini cuma logika dan angan-angan saya saja. Meskipun berlaku ke diri saya, belum tentu berlaku pada  orang lain dan masyarakat pada umumnya. Tapiii, sekali lagi tetep semangat yaaaa… tetap tersenyum…


Yuk, keep smileeee……………!! :)



Tidak ada komentar: