SOROAKO-UJUNGPANDANG-SURABAYA

Tiga minggu di Soroako rasa-rasanya masih kurang. Tapi apa daya,
memang sudah jadwalnya saya kembali ke habitat. Hehe. Alhamdulillah kebagian
juga tiket pesawat ke Makassar
tanggal 4
Januari kemaren. Jadi gak perlu bersusah payah menempuh perjalanan darat yg
memakan waktu 12 jam.
Di pesawat jenis Fokker 50 itu (saya baca dari petunjuk
keselamatan penumpang), kami dapat sekotak snack plus minuman ringan dan satu
kantong air sickness bag. Nih gambarnya buat pemirsah

Wkwkwk niat banget kotak snack dan kantong mabok saya bawa
pulang buat dipoto-potoin. Malu? Yaa nggak lah. Malu itu kalo nggak pake baju.
Lagian membawa pulang kantong mabok dan kotak snack bukan termasuk pelanggaran hukum.
Nah yang melanggar hukum dan undang-undang itu udah jelas tertera di bagian
belakang kursi penumpang.
1.
Fasten your seat belt while seated.
Eh, bukan yang ini ding…
2.
Life vest is under your seat.
Dan Anda dilarang memindahkan atau membawa
pulang baju pelampung.
3.
Karena penerbangan tanpa asap rokok maka
dilarang merokok
4.
Menyalakan telepon seluler dan alat elektronika
lain yang mengganggu navigasi penerbagan.
Larangan yang nggak tertera pun banyak, contohnya:
1.
Mengutil barang penumpang lain dan awak kabin
2.
Godain pramugari dan pilot saat mereka bertugas
3.
dll
Eh, tadi ngomongin apaan sih. Yah, pokoknya perjalanan kami
tempuh dengan pesawat IATA (Indonesia Air Transport) selama 1 jam. 06.45-07.45 WITA. Sesaat setelah take off kami
bisa menikmati pemandangan Soroako yang hijau dan apik dari atas. Sesekali anak
saya berteriak, “Itu rumah kita! Itu danau tempat kita berenang! Itu gunung!”
Hehehe heboh emang kalo bawa anak-anak kecil. Mohon maklum ya pemirsah. Dalam hati saya berdoa, semoga Allah memberi
kami kesempatan untuk datang lagi di Sorowako. Amiin.
Cuaca juga bersahabat, mendung mendung dikit. Waktu landing
juga gak terasa gluduk gluduk, seperti masih berada di udara. Alhamdulillah.
“Selamat datang di Bandara Hasanuddin Makassar. Tidak ada
perbedaan waktu antara Soroako dan Makassar”
Terminal kedatangan masih relatif sepi. Pengambilan bagasi
juga cepat. Berhubung bawa anak kecil dua, dan ngambil koper yang terjepit di
antara koper-koper besar, saya pun kesulitan. Ada seorang bapak yang membantu
mengangkatkan koper ke atas trolly. Makasih banyak ya pak, mudah-mudahan tambah
rejekinya. Amiin.
Cepat-cepat saya memutar menuju tempat check in mengikuti
petunjuk arah “Pindah Pesawat”.
Wowwww, tempat check in penuh.. Riuh dan ngantri. Mirip
lebaran. Saya baru ingat kalo beberapa hari lagi liburan sekolah usai. Walhasil,
kami dapat kursi paling belakang (dekeat lavatory alias toilet) dan nggak bisa
bersebelahan/berdekatan di satu deret bangku. Alhamdulillah anak-anak juga so
far so good, enjoy aja.
Perjalanan ke Surabaya memakan waku 1 jam 10 menit.
Seorang
awak kabin berkata, “Selamat datang di Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo. Ada
perbedaaan waktu satu jam lebih lama dari waktu Makassar.”
Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo? I know …
Bandara Soekarno Hatta Jakarta di Banten? Pancen makaten..
Bandara Hasanuddin Makassar di Maros? Njih mpun ngertos…
Mohon maklumilah, sebuah kota besar tidak selalu punya
tempat yang besar untuk sebuah bandara Internasional. Jadi harus mengandalkan
wilayah kota/kabupaten di dekatnya.
Seperti orang ‘besar’, jangan merasa menjadi
besar tanpa dukungan orang-orang di sekitarnya. Jangan meremehkan, jangan
merasa paling besar.*selfreminder*