Minggu, 06 September 2020

Recovery Luka Mental


Selama berinteraksi dengan orang, saya itu punya keyakinan bahwa tidak ada orang yang bener-bener mutlak baik atau pun yang mutlak buruk. Tak ada yang sempurna. Karena kita manusia biasa. Ada sisi buruk, ada sisi jelek. Ya begitulah.


Bagi sebagian orang, bisa jadi kita adalah orang yang punya seribu kejelekan. Tapi di mata sebagian yang lain, bisa jadi sebaliknya. 

Setiap orang berhak menentukan dengan siapa bergaul, bahkan berhak juga menilai baik atau buruk. Apa pun itu. Tetapi, kita jelas dilarang untuk berbuat jahat. 

Sebesar apapun rasa tidak suka, jangan sampai kita berbuat jahat. Kriteria perbuatan jahat itu nggak cuman sesuai yang tertera di pasal undang-undang tentang kriminal. Hal-hal yang nampak 'lumrah' bisa masuk kategori jahat. Misalnya membully, membunuh karakter dengan gosip, memfitnah, menjatuhkan mental secara terus menerus, dan lain-lain. 

Mungkin saya terkesan sok-sokan nulis beginian. 😅 Lha emang iyes, bagi saya jauh lebih mudah bicara daripada mempraktikkan. 

Tapi begini. Ada di suatu masa saya pernah mengalami bullying yang parah. Mental saya digerogoti orang-orang di sekitar saya. Ada orang-orang yang giat sekali menjatuhkan dengan berbagai cara, dari yang nampak halus sampai kasar dan terang-terangan. Sikap dan karakter saya pernah dikuliti dan disidangkan di depan banyak orang. Entah bagaimana, rasa sentimen dan insecurity bisa memprovokasi orang untuk beramai-ramai menghabisi. Ckckckck...

Saya tidak akan bercerita banyak, karena saya yakin sudut pandang orang berbeda. Kalian yang merasa dan menilai hal-hal tersebut wajar karena satu dan lain hal,  tidak bisa juga saya salahkan. Berlaku jahat ke saya, belum tentu jahat ke yang lainnya. Lagipula, sejahatnya orang toh masih ada sisi baiknya. Buktinya masih ada yang sudi berteman. Masih ada good lookingnya. --halaahhhh--🤧

Yang jelas, tak ada orang yang menginginkan hal itu menimpa dirinya, anaknya, mau pun keluarganya. Dilukai kanibal mental dan  toksik secara massif dan brutal begitu efeknya lumayan. Dan saya yakin, mereka tak peduli. Beneran, bahkan orang yang ngakunya  teman kadang juga bodoamat kok. 😅

***

Iya, saya pernah terluka. Dan luka itu meninggalkan trauma bertahun-tahun lamanya. Saya sempat tidak percaya diri dengan diri saya sendiri. Saya pernah sekilas yakin bahwa saya ini mutlak jelek, tak ada bagus-bagusnya. So sad. Saya sempat tidak pede bergaul, karena saya selalu merasa orang lain tidak bisa menerima diri saya. 

Namun, satu hal yang sangat saya syukuri adalah setitik kesadaran bahwa saya masih berharga untuk keluarga juga teman-teman saya. Bukan teman abal-abal, karena yang abal-abal ini justru mengerikan. Seolah-olah berlaku sebagai teman, tapi saat ada kesempatan dia juga ikut bersemangat menghabisi. 😅

Tapi, itu sudah berlalu. Bertahun-tahun saya belajar menerima dan me-recovery diri sendiri. Tak mudah, but it works. 

Luka itu memang pernah membuat saya hampir "mati". Tapi entah bagaimana caranya, Allah menyelamatkan saya. 


---


Buat kalian yang masih terluka, apapun penyebabnya, ingat baik-baik quote dari tausiyah Gus Baha' ini.


Tidak ada komentar: