Hohoho..lagak-lagaknya saya mau nyetatus masalah pulitik lagi nih. *kapok lombok bener
deh eike hahaha*
Iya deh maap..maap..
Ah, saya itu cuman flash back perjalanan hidup saya beberapa
tahun ke belakang. Nggak nyangka sama sekali saya bisa terdampar di kawasan
timur Indonesia, dan berkesempatan hidup
merantau bertahun-tahun lamanya. Ah, dulunya saya ini cuman orang udik yang
mencoba peruntungan kuliah di kota hujan, Bogor. (sekarang eike juga masih udik
pemirsaaa!) Alasannya simple, saya diterima tanpa tes. Hihihi daripada
repot-repot UMPTN. Hikss, dan ternyata saya
kurang sukses menjalani kuliah saya. Tidak perlulah saya ceritakan panjang
lebar kenapa begini begitu, sebab akibat dan lain sebagainya, karena menjadi
lebay jika saya ceritakan. *modus ngeles*
Saya pernah dapat IP satu koma. Hah?! Beneran, suerrr
takewer-keweeerr… hahaha sekarang saya nggak malu menceritakan “aib” tersebut.
Pelajaran hidup. *ihhiirrrr*
Beberapa semester setelahnya saya tertatih-tatih mengejar
nilai IP, minimal IPK saya harap nantinya minimal bisa 2,75. Saya juga sering
mengulang mata kuliah bersama adik kelas. Hiksss..
Dan di masa-masa itu saya sempat tidak yakin dengan masa
depan saya.
Akan jadi apa saya nanti? Bisa beli ini itu kah?
Siapa yang mau memperistri saya? Wakakakkk..kepikiran juga
beginian, secara dulu eike belon punya gandengan.
Hidup saya nanti seperti apa? Apakah bisa kehidupan saya bisa
lebih baik seperti yang diharapkan orang tua?
Pertanyaan-pertanyaan berputar-putar di masa galau itu.
Hingga saya hampir tidak sadar bahwa kehidupan berjalan. Roda kehidupan
berputar.
Tahun 2004 akhirnya bisa lulus kuliah (juga). Tahun 2005
bisa mengakhiri masa lajang, hihihiii so sweet dah. Dan di tahun yang sama untuk pertama kalinya
saya naik pesawat. Hahahaha…parah beud, gini aja dikoar-koarin jadi status.
Menjejakkan kaki dan penghidupan kami di rantau orang, di kawasan timur
Indonesia tercinta.
Ah, memang waktu selalu menjadi jawaban atas pertanyaan
kita. Waktu bergulir sedikit demi sedikit mengajari tentang hidup dan
kehidupan.
Saya sangat bersyukur dengan kehidupan yang bertahun-tahun
yang lalu tidak sedikit pun pernah saya impikan.
Begitulah, tidak ada yang tahu pasti tentang masa depan. Lupakan
ramalan, lupakan zodiak, lupakan penerawangan.. Kita hanya berusaha dan berdoa.
Sisanya biarkan takdir berbicara. Biarkan Tuhan menuntun langkah kita. Seperti
itulah yang saya yakini sekarang. *dulu sih nggak begitu hihihi*
Makanya saya itu sangat heran seheran-herannya ketika ada
orang-orang atau sekelompok orang yang sedemikian yakinnya dengan pilihan
capresnya hingga dia seolah-olah memberi jaminan 100% tentang masa depan Negara
dan rakyat Indonesia. Hahahaha maap, postingannya akhirnya ke situ-situ juga.
Sedemikian heboh dukungannya hingga lupa, para capres itu
manusia. Orang-orang yang di belakang capres itu juga manusia. Partai-partai di
belakang capres itu juga kumpulan manusia. Yang bikin berita itu juga manusia.
Yang pesbukan, twitteran juga manusia. Yang nulis ini juga manusia, pun juga
yang baca. Hihihii *salaman semuanyaaaa*
Saya juga herman eh heran dengan pendapat orang yang
seolah-olah memastikan bahwa jika capres sebelah yang terpilih maka pasti akan
begini begitu… (yang jelek-jelek). Yang begini kayak nyumpahin nggak sih?
Duh, miris to the max.
Bukankah sebaiknya kita berdoa bahwa siapa pun yang terpilih
nantinya, semoga yang terbaik dan mengusahakan yang baik-baik.
Menurut saya sih, ini menurut saya lhooo, boleh setuju boleh
kagak.
Tentukan pilihan, kalo perlu istikhoroh dulu. Lalu berdoa yang baik-baik tentunya. Sisanya
biarlah Tuhan yang menyempurnakan ikhtiar kita semua.
Ah, jadi pengen nyanyi lagu ini. Penontooonnnn…!!! Yuk tutup
kuping semuaaaaa. Hahahaha
Que sera sera
Whatever will be
will be
The future’s not ours to see
Que sera sera
What will be will
be..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar