Minggu, 20 Januari 2013

Mengajar


Saya suka mengajar. Entah sejak kapan. Seingat saya, waktu kecil dulu nggak pernah punya cita-cita menjadi guru. Yang terpikir waktu itu malah jadi insinyur pertanian. Yups, meski akhirnya saya berkesempatan kuliah di Institut Pertanian Bogor toh tidak lantas membuat saya bertitel insinyur pertanian.
Bapak Ibu saya kedua-duanya guru SD. Yah, guru SD jaman baheula yang keburu pensiun sebelum penghargaan sertifikasi diberlakukan. Tapi tetap saja Alhamdulillah, lingkungan keluarga guru yang kental sangat mempengaruhi pola pikir and my soul (halaaaahhh :p)

Menunggu di Ruang Tunggu [Bandara]


--postingan geje kalo gak berkenan tolong abaikan--

Mungkin berikut ini adalah selfreminder buat kite-kite yang sibuk menunggu (cieelaah menunggu pun bisa dibilang sibuk), terutama di tempat umum yang ramai.
  • 1.       Tempat duduk disediakan untuk manusia/orang buat duduk. Jadi utamakan orang, sebelum kita mempersilakan tas/bawaan kita duduk manis di kursi tunggu. Barangkali slot tempat duduk yang ditempati tas kita masih sangat berguna buat orang lain yang tidak kebagian duduk.
  • 2.       Tidak perlu mempermasalahkan sedikit ketidakberesan yang terjadi karena ketidaksengajaan orang lain, hanya karena kita menginginkan semuanya tampak perfect. Tidak lucu menegur anak kecil yang menangis karena bosan. Tidak penting kita mengomel karena seorang ibu yang (tidak sengaja) menumpahkan air minum hingga lantai basah.
  • 3.        Berbasa-basi  mungkin perlu, tapi jangan terlalu basi. Karena tidak semua orang dalam kondisi dan mood yang bagus untuk mengobrol seperti kita.
  • 4.       Meskipun kita selalu ingin keadaan sekitar nampak bersih dan rapi, jangan sampai kita memperlakukan orang lain sesama penunggu sebagai cleaning service. Atau lebih parah lagi sebagai orang yang bisa kita suruh-suruh. Kita harus tahu betul bahwa di tempat umum ada fasilitas kebersihan yang disediaka, daripada kita menunjukkan muka yang kurang enak dan komentar yang juga kurang enak, alangkah baiknya kita membantu menunjukkan akses minta bantuan pada petugas kebersihan.
  • 5.       Sesama penunggu harus sabar…sabar..dan sabar. Karena situasi dan kondisi orang-orang di sekitar kita pun sama : MENUNGGU.
**Terinspirasi dari pengalaman kurang mengenakkan, saat emak tidak sengaja numpahin air minum yang rencananya disediakan buat dia dan dua anaknya untuk diminum di ruang tunggu bandara dan di kabin pesawat tentunya. Yaa..maklumlah kelas ekonomi di maskapai yang dipakai tidak menyediakan konsumsi. Satu setengah jam menunggu, dan 75% dihabiskan dengan berdiri. Nasib, dah dapat kursi  tapi harus ngikutin anak-anak kesana kemari, pas balik lagi dah ditempati orang. Celingak-celinguk kursi-kursi dah penuh dengan orang…juga beberapa tas/bawaan yang duduk manis di beberapa slot tempat duduk.

Rabu, 09 Januari 2013

SRQ-UPG-SUB



SOROAKO-UJUNGPANDANG-SURABAYA
Tiga minggu di Soroako rasa-rasanya masih kurang. Tapi apa daya, memang sudah jadwalnya saya kembali ke habitat. Hehe. Alhamdulillah kebagian juga tiket pesawat ke Makassar  tanggal 4 Januari kemaren. Jadi gak perlu bersusah payah menempuh perjalanan darat yg memakan waktu 12 jam.
Di pesawat jenis Fokker 50 itu (saya baca dari petunjuk keselamatan penumpang), kami dapat sekotak snack plus minuman ringan dan satu kantong air sickness bag. Nih gambarnya buat pemirsah

Wkwkwk niat banget kotak snack dan kantong mabok saya bawa pulang buat dipoto-potoin. Malu? Yaa nggak lah. Malu itu kalo nggak pake baju. Lagian membawa pulang kantong mabok dan kotak snack bukan termasuk pelanggaran hukum. Nah yang melanggar hukum dan undang-undang itu udah jelas tertera di bagian belakang kursi penumpang.

1.       Fasten your seat belt while seated.
Eh, bukan yang ini ding…
2.       Life vest is under your seat.
Dan Anda dilarang memindahkan atau membawa pulang baju pelampung.  
3.       Karena penerbangan tanpa asap rokok maka dilarang merokok
4.       Menyalakan telepon seluler dan alat elektronika lain yang mengganggu navigasi penerbagan.

Larangan yang nggak tertera pun banyak, contohnya:
1.       Mengutil barang penumpang lain dan awak kabin
2.       Godain pramugari dan pilot saat mereka bertugas
3.       dll

Eh, tadi ngomongin apaan sih. Yah, pokoknya perjalanan kami tempuh dengan pesawat IATA (Indonesia Air Transport) selama 1 jam.  06.45-07.45 WITA. Sesaat setelah take off kami bisa menikmati pemandangan Soroako yang hijau dan apik dari atas. Sesekali anak saya berteriak, “Itu rumah kita! Itu danau tempat kita berenang! Itu gunung!” Hehehe heboh emang kalo bawa anak-anak kecil. Mohon maklum ya pemirsah.  Dalam hati saya berdoa, semoga Allah memberi kami kesempatan untuk datang lagi di Sorowako. Amiin.
Cuaca juga bersahabat, mendung mendung dikit. Waktu landing juga gak terasa gluduk gluduk, seperti masih berada di udara. Alhamdulillah.

“Selamat datang di Bandara Hasanuddin Makassar. Tidak ada perbedaan waktu antara Soroako dan Makassar”

Terminal kedatangan masih relatif sepi. Pengambilan bagasi juga cepat. Berhubung bawa anak kecil dua, dan ngambil koper yang terjepit di antara koper-koper besar, saya pun kesulitan. Ada seorang bapak yang membantu mengangkatkan koper ke atas trolly. Makasih banyak ya pak, mudah-mudahan tambah rejekinya. Amiin.

Cepat-cepat saya memutar menuju tempat check in mengikuti petunjuk arah “Pindah Pesawat”.
Wowwww, tempat check in penuh.. Riuh dan ngantri. Mirip lebaran. Saya baru ingat kalo beberapa hari lagi liburan sekolah usai. Walhasil, kami dapat kursi paling belakang (dekeat lavatory alias toilet) dan nggak bisa bersebelahan/berdekatan di satu deret bangku. Alhamdulillah anak-anak juga so far so good, enjoy aja.

Perjalanan ke Surabaya memakan waku 1 jam 10 menit.

Seorang awak kabin berkata, “Selamat datang di Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo. Ada perbedaaan waktu satu jam lebih lama dari waktu Makassar.”
Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo? I know …
Bandara Soekarno Hatta Jakarta di Banten? Pancen makaten..
Bandara Hasanuddin Makassar di Maros? Njih mpun ngertos…

Mohon maklumilah, sebuah kota besar tidak selalu punya tempat yang besar untuk sebuah bandara Internasional. Jadi harus mengandalkan wilayah kota/kabupaten di dekatnya.

Seperti orang ‘besar’, jangan merasa menjadi besar tanpa dukungan orang-orang di sekitarnya. Jangan meremehkan, jangan merasa paling besar.*selfreminder*