Selasa, 08 September 2015

Dia Monyet


Di suatu sore yang syahdu ehem ehem..tiba-tiba mak krusseeekkk. Sesosok mungil berbaju hitam muncul dari semak-semak. Duduk di pinggir jalan di seberang jalan. Mulutnya menyeringai. Eh, dia bukan berbaju tapi berbulu hitam. Iya, monyet macaca.

Sejurus kemudian, dia menyeberang jalan menuju pepohonan di belakang rumah kami. Saya dan anak-anak yang berada hanya tiga atau empat meter dari jalur pelariannya *halah* langsung meneriakinya. Bukan yel yel, tapi sebuah teriakan panggilan. Sebagai sesama makhluk hidup dalam satu habitat maka itulah keramahan kami.

"Woi..woiiii..monyet..monyetttt...MONYEEETTT!!"

Lha kok monyetnya malah terbirit-birit lari. Lalu menghilang di antara pepohonan. Tak menengok atau pun membalas keramahan kami.

Ah, jangan-jangan dia tidak tahu kalau namanya monyet.
Trus apa dong? Atau dia marah dikatai monyet? Ah, sudahlah.

Tidak ada komentar: